JAKARTA, mataberita.co.id__ Nama ‘Yasonna Hamonangan Laoly’ atau disapa Yasonna yang kini Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) mungkin terdengar sedikit berbeda di telinga. Khususnya bagi masyarakat di luar Provinsi Sumatera Utara. Lantaran namanya memadukan unsur bahasa Batak dan Nias. Nama ‘Yasonna’ diambil dari bahasa Nias ‘Yaso Nasa’, artinya ‘masih ada lagi’.
Berbekal dari harapan sang ayah. Kelak Yasonna lahir, akan ada kelahiran adik – adiknya. Sedangkan ‘Hamonangan’ dalam bahasa Batak berarti ‘kemenangan’. ‘Laoly’ merupakan salah satu marga dalam masyarakat Nias.
Ya, lelaki kelahiran 27 Mei 1953 memang mewarisi gen dari dua etnis yang berbeda. Yakni sang ayah bersuku Nias bernama F. Laoly dan ibu bersuku Batak bernama R. Sihite. Ayahnya berlatar belakang polisi, dengan pangkat terakhir mayor. Lalu menjadi anggota DPRD Kota Sibolga dan Tapanuli Tengah dari Fraksi ABRI.
Yasonna merupakan anak pertama dari enam bersaudara. Dilahirkan di Sorkam – Tapanuli Tengah. Pada saat dia berumur dua tahun, keluarganya sempat pindah ke Barus – Tapanuli Tengah. Beberapa tahun kemudian, pindah lagi ke Kota Sibolga. Di Sibolga inilah, Yasonna menghabiskan masa kecil dan remaja.
Rupanya Yasonna pernah bersama ayah, ibu dan adiknya merasakan pilunya kehidupan. Pernah tinggal di sebuah rumah kontrakan. Akan tetapi, sekitar tahun 1960an, diperkenankan untuk tinggal di Asrama Polisi Sambas Sibolga. Tak lama kemudian, orang tua mampu membangun rumah sendiri. Berlokasi di Jalan Jati Nomor 34, Kelurahan Pancuran Kerambil, Kecamatan Sibolga Sambas dibangun rumahnya.
Hingga kini, rumahnya itu pun masih kokoh berdiri. Namun tetap sederhana, seperti dulu. Disanalah, orang tua Yasonna membesarkan keenam anaknya. Masa kecilnya berjalan normal sebagaimana anak – anak lainnya. Bermain dengan teman – teman sebaya menjadi rutinitas sehari – hari. Dalam pandangan saudaranya, Imanuel Laoly, dia adalah pria yang baik, rajin dan bertanggung jawab membimbing adik – adiknya.
Ada satu kenangan masa kecil yang tak akan pernah dilupakannya. Perjuangan berat kedua orang tua dalam menghidupi keluarga dan menolong sesama. Terlebih gaji sebagai anggota polisi tidak mencukupi kebutuhan hidup sehari – hari. Disela – sela waktu tugas, ayah Yasonna berusaha mencari tambahan uang. Tak lain dengan berdagang minyak goreng.
Sang ayah membeli minyak goreng di Toko Berniaga milik saudaranya. Yaitu Ama Ya’aro Laoly di Medan. Kemudian dijual lagi di Sibolga. Sedari kecil dia sering bersepeda bersama sang ayah sambil menenteng kaleng minyak yang sudah kosong untuk dikirim lagi dengan menggunakan kapal. Merasakan benar kerja keras orang tua demi mencari tambahan uang.
Lebih pedihnya, pernah pula Yasonna bersama ayah, ibu dan saudaranya makan nasi campur jagung untuk menghemat uang. Perjuangan sang ibu pun tak kalah berat. Hampir setiap hari rumah dikunjungi tamu dari Nias. Sosok sang ayah menyebabkan banyak orang datang dengan berbagai keperluan. Mau tak mau, ibunya harus berpikir keras. Tentu agar penghasilan suaminya dapat mencukupi kebutuhan keluarga sekaligus menjamu tetamu yang datang silih – berganti.
Yasonna adalah sosok sukses yang dibesarkan dari hasil minyak goreng. Namun memang ada hal yang masih terekam jelas dalam ingatannya. Adalah betapa orang tuanya selalu berusaha menyekolahkan anak – anaknya ke sekolah terbaik. Meski sekolahnya adalah sekolah swasta. Yang mana terbilang biaya pendidikannya lebih mahal dibanding sekolah negeri. Yasonna sendiri bersekolah di SD Katholik Sibolga, SMP Negeri 1 Sibolga dan SMA Katolik Sibolga. (Ayu Yulia Yang)
KLIK JUGA : Prestasi Gemilang yang Ditorehkan oleh BTS 2021 Bikin Meleleh
Discussion about this post