SEOUL, mataberita.co.id__ Sebagian rakyat Korea Utara (Korut) yang dipimpin Kim Jong-un dilaporkan mulai dilanda bencana kelaparan.
Hal tersebut diakibatkan sanksi DK PBB, penutupan perbatasan dengan China akibat pandemi COVID-19, bencana kekeringan yang diikuti hujan topan telah memicu krisis pangan di negara itu.
Hazel Smith, seorang ahli Korea Utara dari SOAS University of London, yang menghabiskan sebagian besar tahun 1998 hingga 2001 di negara itu mengembangkan analisis data pertanian untuk UNICEF dan Program Pangan Dunia, melukiskan gambaran yang jelas tentang apa yang dia tahu sedang terjadi.
“Anak-anak di bawah tujuh tahun, wanita hamil dan menyusui, yang lemah, orang tua…ini adalah orang-orang yang kelaparan, saat ini,” kata Smith, yang penelitian sebelumnya membawanya ke seluruh negeri Kim Jong-un.
Krisis pangan di Korea Utara telah memicu kekhawatiran tentang malnutrisi yang meluas dan potensi mengulangi bencana kelaparan tahun 1990-an di negara itu.
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengakui masalah tersebut pada pertemuan Komite Sentral Partai Buruh bulan Juni.
KLIK JUGA : Singapura dan Inggris Ingin Membuat Perusahaan Bertransaksi Lebih Mudah
“Situasi pangan rakyat sekarang semakin tegang,” kata Kim, yang dilaporkan media pemerintah Korea Utara, seraya menambahkan bahwa sektor pertanian gagal memenuhi rencana produksi biji-bijian karena kerusakan akibat hujan topan tahun lalu.
Kim juga menyebutkan dampak pandemi COVID-19.
“Sangat penting bagi seluruh partai dan negara untuk berkonsentrasi pada pertanian,” kata pemimpin Korea Utara tersebut.
Institut Pengembangan Korea di Seoul dalam sebuah laporan bulan lalu mengatakan Korea Utara membutuhkan 5,2 juta ton makanan untuk tahun 2020, namun hanya menghasilkan empat juta ton. Kondisi itu menyebabkan kekurangan pangan lebih dari satu juta ton.
Bahkan dengan impor, Korea Utara akan mengalami kesenjangan pangan 780.000 ton untuk 2020-2021. Demikian perkiraaan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB dalam laporan tentang Korea Utara pada bulan Juni. Laporan itu menguraikan efek kekeringan pada awal 2020, diikuti oleh serangkaian hujan topan pada bulan Agustus dan September yang sangat menghambat produksi pangan.
“Jika kesenjangan ini tidak cukup ditutupi melalui impor komersial dan/atau bantuan pangan, rumah tangga dapat mengalami masa sulit antara Agustus dan Oktober 2021,” kata FAO.
Badan anak-anak PBB memperingatkan bahaya yang mengancam dalam pembaruan laporan terbarunya tentang negara itu.
“Di Korea Utara, 10 juta orang dianggap rawan pangan….140.000 anak di bawah 5 tahun menderita kekurangan gizi akut dan tingkat kekurangan gizi serta kematian yang lebih tinggi diantisipasi untuk tahun 2021,” kata UNICEF dalam Laporan Situasi Kemanusiaan yang diterbitkan pada bulan Februari lalu.
Sementara hampir semua diplomat asing dan lembaga bantuan kini telah meninggalkan Korea Utara.
“Ada lebih banyak pengemis, beberapa orang meninggal karena kelaparan di daerah perbatasan,” kata peneliti senior Human Rights Watch Lina Yoon tentang kesaksian dari seorang misionaris yang bekerja di Korea Utara seperti dikutip, pada Kamis (01/07/2021).
Discussion about this post