OPINI, mataberita.co.id__ Kebijakan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 4 untuk Jawa dan Bali memang sudah tepat. Karena di wilayah ini memiliki tingkat kasus dan kematian terbanyak. Hanya saja, program PPKM ini perlu lebih diintensifkan dan diperketat.
Sertifikat vaksin dan kewajiban memakai masker perlu diberlakukan sebagai syarat utama. Bukan hanya untuk bepergian keluar kota, tetapi juga bagi pengunjung yang akan masuk supermarket, mal dan pasar swalayan. Bahkan Pasar Tanah Abang, Jakarta, sudah mulai menerapkan persyaratan ini.
Tidak hanya itu, wajib masker perlu diberlakukan hingga tingkat RT. Tidak boleh ada kunjungan atau interaksi tanpa penggunaan masker. Wajib masker saat di luar rumah tidak bisa hanya berupa imbauan. Harus ada upaya pembinaan dan penindakan terhadap pelanggarnya.
KLIK JUGA : Kolaborasi BPIP dan Kemenpora melalui Paskibraka Mampu Wujudkan Cita – Cita Bangsa
Peran camat, lurah, dan RT menjadi sangat penting dalam menjaga disiplin masyarakat. Begitu juga program vaksinasi Covid-19 harus digenjot maksimal. Karena ini merupakan penatalaksanaan lebih definitif. Target harian harus ditingkatkan paling tidak dua kali lipat.
Akses vaksinasi perlu dipermudah dengan membuka gerai vaksin di tempat – tempat umum, stasiun dan tempat keramaian lain juga pada apotik besar. Dan pelaksanaan vaksinasi harus Gratis. Tidak perlu ada pembatasan sasaran. Masyarakat yang ingin berpartisipasi langsung diberikan dengan cepat.
Seperti kita ketahui, target utama PPKM adalah untuk mencapai kekebalan komunitas (herd immunity) secepat mungkin. Terutama pada beberapa daerah yang berisiko tinggi (zona merah). Pemerintah juga perlu serius mengimplementasikan UU Nomor 11 Tahun 2008 terhadap penyebaran hoaks Covid-19.
KLIK JUGA : Ini Syarat Calon Penumpang Dalam Negeri di Bandara Soekarno – Hatta !
Mengingat penyebaran hoaks menjadi kendala besar dalam upaya penanggulangan pandemi. Tingginya kasus dan kematian Covid-19 dan rendahnya cakupan vaksinasi sangat dipengaruhi penyebaran hoaks. Pihak penyebar hoaks perlu didata, diinvestigasi, dan ditindak.
Selain itu, daerah yang memiliki kasus Covid-19 rendah tidak boleh lengah. Masuknya satu atau beberapa orang terkonfirmasi positif Covid-19 ke daerah mereka berpotensi menyebarkan wabah dan menimbulkan overload.
Pembatasan ketat terhadap orang yang akan masuk perlu dilakukan. Bentuknya bervariasi, dari skrining ketat, pemeriksaan PCR atau rapid antigen hingga penerapan program karantina. Memang, akan ada tambahan kerugian ekonomi.
KLIK JUGA : Pendaftaran CPNS Ditutup, Pelamar di BPIP Capai 7.513 Orang
Namun, ini lebih baik daripada kerugian ekonomi akibat program setengah hati. Kedua, peningkatan kapasitas pelayanan. Dalam kondisi apa pun, sebuah negara tidak boleh terjadi tidak mampu mencukupi stok pelayanan kesehatan darurat.
Itu karena merupakan salah satu parameter perlindungan negara terhadap rakyat. Dengan kekuasaannya, Pemerintah seharusnya mampu mengatasi kekurangan stok oksigen dan obat – obatan yang diperlukan dalam waktu cepat.
Karena itu, upaya memperlambat atau memainkan kekurangan stok obat perlu ditelisik dan ditangani secara efektif. Penimbunan dan permainan bisnis farmasi dibalik hal ini perlu ditindak tegas. Sikap mencari keuntungan di tengah puncak pandemi jelas tindakan tidak bermoral. Bila perlu dilakukan redistribusi stok dari daerah yang kurang memerlukan ke daerah yang memerlukan.
KLIK JUGA : Petugas SPBU Sering Mainkan Handle Dispenser Saat Isi Bahan Bakar, Ternyata Ini Penjelasanya
Bukan hanya untuk penanganan kasus, melainkan juga untuk perluasan program. Termasuk berkomunikasi dengan pasien yang menjalani isolasi mandiri. Orang yang melakukan isolasi mandiri harus diedukasi agar benar – benar patuh terhadap program.
Jangan sampai terjadi orang yang terkonfirmasi positif ini justru masih melakukan aktivitas rutinnya dan tidak mengisolasi diri di kamar. Hingga saat ini, sudah banyak orang yang terlindungi dan mendapat manfaat dari protokol kesehatan (prokes) dan vaksin.
Jumlahnya jauh lebih banyak jika dibandingkan dengan orang yang merasa tidak mendapat manfaat. Dengan prokes dan vaksin, angka kematian Covid-19 pada tingkat dunia dan pada tingkat Indonesia dapat ditekan rendah.
KLIK JUGA : Kabarhakam Polri Tekankan Arahan Presiden Jokowi Soal PPKM Level 4
Kita ingat saat di awal Covid-19 (Maret 2020), angka kefatalan Covid-19 pada tingkat global mencapai 8%. Artinya, 8 dari 100 orang positif, akhirnya meninggal. Saat ini, angka fatality rate berkisar 2,2%. Di Indonesia, besaran fatality rate awal Covid-19 sekitar 9,5% dan sekarang menjadi 2,6%.
Artinya, protokol kesehatan dan vaksin membuahkan hasil. Karena itu, Prokes 5M, kegiatan testing dan tracing serta vaksinasi menjadi kunci utama melindungi masyarakat dari ancaman gelombang Covid berikutnya. Mencuci tangan secara teratur dapat menurunkan risiko Covid-19 hingga 70%.
Menggunakan masker dapat menurunkan risiko tertular hingga 70%. Vaksin sendiri, efektivitasnya 50%-94%. Artinya, bila penatalaksanaan ini digabung, efek proteksinya sangat besar. Sayangnya, didalam prakteknya, penatalaksanaan itu tidak dilakukan secara tepat.
KLIK JUGA : Pengusaha Tajir Sumbang 2 Triliun ke Polda Sumsel untuk Penanganan Covid -19
Banyak orang mencuci tangan, tetapi seadanya. Tidak mencapai 20 detik dan tidak menyelisik jari jemari. Di Amerika, hanya 30% orang melakukan cuci tangan secara tepat. Banyak orang menggunakan masker. Tetapi tidak menutup rapat hidung dan mulut. Bahkan, sebagian rutin lepas – pasang.
Banyak orang tidak dapat menjaga jarak saat berbicara dengan teman atau pimpinan. Vaksin pun demikian, kemanjurannya bervariasi antara 50%-94%. Artinya, tetap ada kemungkinan penerima vaksin terinfeksi. Ini merupakan pitfal penatalaksanaan.
Setiap penatalaksanaan memang memiliki titik lemah. Namun, semakin banyak dan semakin ketat penatalaksanaan, tingkat efektivitasnya dan proteksinya menjadi lebih tinggi. Ini sejalan dengan teori Swiss Cheese Model. Yang mana setiap lubang – lubang dari penatalaksanaan bisa tertutupi apabila digunakan berbagai penatalaksanaan bersamaan.
KLIK JUGA : 50 Penggali Kubur di TPU Padurenan Bekasi Dapat Gaji Fantastis
Optimistis di tengah krisis Banyak negara pernah mengalami overload akibat pandemi. Sebagian berhasil melewati fase overload, sebagian lagi masih berjuang. Spanyol, Inggris, dan India termasuk negara yang berhasil lepas dari gelombang kedua dengan cepat. Yaitu 1-2 bulan sejak penanjakan kasus, pencapaian puncak dan penurunan ke tingkat awal. Amerika membutuhkan empat bulan.
Tingkat keketatan penatalaksanaan memang memengaruhi hasil. Kita boleh meniru cara India dan Inggris yang memang jauh lebih serius. Bagaimanapun, Indonesia mesti serius menangani gelombang kedua ini. Bila tidak, hasilnya bisa menjadi bencana. Jangan meniru Brasil. India lebih tepat dijadikan contoh. PPKM darurat di Jawa – Bali ini cukup representatif untuk kondisi sekarang.
Komponen pelaksanaannya cukup komprehensif. Cuma perlu diintensifkan dan diperketat. Beberapa komponennya perlu dipertajam. Terutama, perlunya diikutkan upaya peningkatan cakupan vaksinasi secara cepat dan penindakan terhadap penyebar hoaks Covid-19.
KLIK JUGA : Arief Poyuono : Kangmas Jokowi, Ahok Pantas Gantikan Erick Thohir
Selain itu, durasinya perlu diperpanjang hingga 28 hari. Hasil PPKM darurat ini baru dapat terlihat setelah 2-3 minggu pelaksanaan. Kita harus optimistis bahwa kita bisa keluar dari krisis ini. Kuncinya, semua masyarakat harus terlibat dan berperan dalam program PPKM darurat ini. Tidak perlu mengeyel.
Meski dalam krisis, gestur optimistis tetap perlu ditampilkan. Jangan bicara melulu tentang jumlah kasus dan kematian yang meningkat, tetapi juga tentang orang yang sembuh dan peningkatan cakupan vaksinasi. Yang tidak kalah penting ialah kesadaran bahwa penentu keberhasilan penanganan pandemi bukan pemerintah, melainkan seluruh masyarakat.
Discussion about this post