JAKARTA, mataberita.co.id__ Siapa bilang setiap orang tidak memiliki masa lalu kelam. Termasuk juga Menteri Kabinet Indonesia Maju Presiden Joko Widodo (Jokowi). Salah satunya si wanita sahabat Menteri Keuangan (Menkeu) Republik Indonesia (RI) Sri Mulyani sejak SMA, Retno Lestari Priansasi Marsudi yang menjabat Menteri Luar Negeri (Menlu) RI. Rupanya dia pernah mengalami masa kelam dalam perjalanan hidupnya.
Retno Marsudi dilahirkan di Semarang, Jawa Tengah. Selepas kelulusannya di Fakultas Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada tahun 1985, setahun kemudian dia masuk ke Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) lewat jalur beasiswa.
Awalan karir Retno ditugasi sebagai staf Biro Analisa dan Evaluasi untuk ASEAN. Pada tahun 1986, Retno dan Marty Natalegawa memulai karir pertama mereka dalam Kementerian Luar Negeri RI. Yang mana keduanya nanti bergantian menjabat posisi sebagai Menlu.
Berlanjut di tahun 1997, perjalanan karir Retno semakin terang. Dia terbang ke Belanda, menuju kota Den Haag. Yang mana satu meja kosong di dalam kantor Kedutaan Besar RI sudah disiapkan untuknya. Dia ditugaskan sebagai sekretaris di bidang ekonomi.
Kemudian bertambah lagi, Retno ditunjuk sebagai Direktur Eropa dan Amerika yang bertanggung jawab penuh atas terciptanya hubungan yang kondusif kepada 82 negara di Eropa dan Amerika terhadap negerinya sendiri, Indonesia.
Pada tahun 2005, Retno merambah regional Skandinavia sebagai Duta Besar RI untuk Norwegia dan Republik Islandia. Ketika era pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), dirinya mengemban misi untuk menjaga citra baik nama Indonesia di mata internasional, sekaligus merawat jalinan hubungan diplomatik di berbagai negara Eropa dan Amerika.
KLIK JUGA : Bungkam Tertatih, Intrik Tersembunyi
Retno Marsudi tercatat sebagai Duta Besar Termuda Karir dalam sejarah Kemenlu RI saat berusia 43 tahun. Dua tahun sebelum dipanggil ke Istana oleh Jokowi, jabatannya adalah seorang Duta Besar Indonesia untuk Kerajaan Belanda. Posisi yang akan menutup perjalanannya sebelum menjadi Menteri Luar Negeri RI. Sebagai Duta Besar saat itu, dirinya pun dianugerahi gelar magister oleh Haagse Hoge School di Belanda.
Menginjak usia ke-30 tahun, Retno akhirnya bisa meraih mimpinya dulu sebagai seorang Diplomat muda. Hal yang dirasanya terkesan mudah, tak menyangka begitu baiknya Tuhan membukakan jalan. Tugas perdana Retno cukup berat, dia mengemban misi untuk terbang menuju Australia demi perundingan terkait isu pembantaian warta Timor Leste di Santa Cruz, Dili.
Kepedulian Retno tinggi seputar isu Hak Asasi Manusia (HAM) dan kesetaraan gender. Demi mendalaminya, dia mengambil kembali dunia pendidikan untuk belajar studi HAM di Universitas Oslo, Norwegia. Ketika di Den Haag, dia juga mengambil studi formal tentang ‘Undang – Undang Uni Eropa’.
KLIK JUGA : Greysia – Apriyani Asal Indonesia Rebut Medali Emas Olimpiade Tokyo, Indonesia Raya Menggema
Si Menteri cantik satu ini ternyata juga pernah meraih penghargaan ‘Agen Perubahan’ untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan oleh PBB. Dia menyuarakan agar peran dan posisi seorang perempuan di tengah pandemi global saat ini berada dalam dua posisi.
Pertama, kaum perempuan adalah bagian dari kelompok yang paling rentan terkena virus dan wajib dilindungi. Kedua, kaum perempuan justru menjadi bagian krusial yang bisa menjadi solusi jalan keluar melawan pandemi Covid-19.
Retno Marsudi memang memprioritaskan culture mindset (kultur landasan pemikiran). Kementeriannya adalah perlindungan, keselamatan dan keamanan individu. Apa saja hal menimpa jurnalis Indonesia di bulan September 2019 saat demo protes di Hongkong meletus pun ditangani.
KLIK JUGA : Aku dan Duri dalam Senyuman
Retno membuktikan ketegasan disertai batasan – batasan hukum internasional diperlihatkan kepada Pemerintah China. Pada tahun 2018, sosoknya adalah Sang Matahari Peru, yang berdiri sejajar dengan Kaisar Akihito Jepang. Dia dinobatkan sebagai El Sol del Peru oleh Pemerintah Peru.
Itu merupakan sebuah apresiasi penghargaan resmi bagi mereka kalangan sipil di negara sendiri atau warga negara asing. Peran Retno dianggap bisa mendorong hubungan bilateral antara Indonesia dengan Peru semakin positif. Sebagai mitra dagang ke-4 terbesar di kawasan Amerika Latin, maka estimasi nilai perdagangan antara Indonesia dengan Peru di tahun 2017 berhasil naik sebesar 5,3 persen dari tahun sebelumnya di 2006.
Tak banyak publik menyadari, ada nama Retno L.P. Marsudi dibalik Tim Pencari Fakta Munir Said Thalib di tahun 2004. Atensi Retno akan isu – isu HAM menggugah keinginannya agar dilibatkan sebagai pembuka jalan yang terang, kasus kematian Munir. Dia ternyata, juga satu sekolahan dan satu lingkup pekerjaan di masa depan dengan Sri Mulyani.
Dulunya, bersekolah di satu SMA yang sama, yakni SMA Negeri 3 Semarang angkatan 1981. Retno dan Sri Mulyani pun bersahabat sejak saat itu. Retno mengaku sudah ke berbagai negara di penjuru dunia. Diantara semua negara – negara yang disinggahinya, dia hanya jatuh hati kepada Belanda yang sangat terlihat apik dan sederhana dengan kehidupan yang terbiasa bersepeda dalam kesehariannya.
Namun, ternyata, masa lalu Retno Marsudi cukup menyedihkan. Karena saat muda harus tinggal di rumah kontrakan bersama orang tuanya. Bahkan dirinya mengaku sempat diusir pemilik kontrakan karena ibunya tidak bisa membayar uang tagihan. “Duuuh aku tahu ibuku ngontrak nggak bayar trus mau diusir,” ujar Retno Marsudi sambil matanya berkaca – kaca.
Bagi Retno, kesusahan dan keterbatasan bukanlah kata – kata kosong yang berjarak. “Itulah saya jalani, bukan teori yang saya enggak kenal. Masa kecil saya adalah itu,” ujarnya. Dia menyebut dirinya berasal dari keluarga orang yang teramat biasa, bukan orang berada. “Enggak punya duit, semua terbatas dan sebagainya, saya kenal semua,” tegasnya. (Ayu Yulia Yang)
Discussion about this post