JAKARTA, mataberita.co.id__ Pendiri Negara Islam Indonesia (NII) Crisis Center Ken Setiawan mengatakan. FPI dan Taliban sejatinya akidahnya bagus yaitu ahlusunah waljamaah. Tapi karena para pimpinan mereka salah bergaul dan terkontaminasi dengan kelompok salafi wahabi sehingga berubag menjadi radikalisme atas nama agama.
Hal itu seperti kalau di Indonesia ada HTI dan Ikhwanul Muslimin Indonesia yang akhirnya secara wawasan kebangsaan mereka turut berubah. “Untuk diketahui bahwa fakta hampir semua teroris di Indonesia itu berideologi latar belakang NII dan Salafi Wahabi,” jelas Ken.
“Bagi mereka, dalam bernegara harus menggunakan syariat Islam atau hukum Islam. Bila tetap pakai hukum KUHP yang bersumber dari Pancasila maka mereka akan tetap memerangi pemerintahan siapapun presidennya,” ungkap Ken melanjutkan.
Apa itu radikalisme atas nama agama? Menurut Ken, itu merupakan sebuah paham keagaman atau pemikiran orang suatu kelompok yang kecewa terhadap kondisi Pemerintah saat ini. Pasalnya menganggap pemerintahan dan produk hukum dianggap tidak berhukum Islam.
KLIK JUGA : Presiden Turki Menolak dengan Tegas Pengungsi Afghanistan!
Selain itu, mereka ingin mengubahnya dengan cara yang keras dan drastis tanpa mengikuti prosedur hukum dan konstitusi. FPI dan Taliban sama – sama selalu meneriakkan penegakan Islam secara kaffah.
Mereka juga bercita – cita menjadikan negara makmur dinaungi satu pemimpin atau kholifah. Yang mana amanah dari kelompok mereka walaupun faktanya di lapangan sering didapati antara tujuan dan realitas sangat berbeda.
“Kedua kelompok ini sama – sama menggunakan politisasi agama, tukang sweping. Bedanya taliban sweping pakai senjata langsung eksekusi, kalau FPI sweping dan demo pakai pentungan saja. Kalau dipegangi senjata api seperti Taliban, FPI akan lebih sadis. Dan faktanya banyak pengurus dan anggota FPI ditangkap densus 88 dengan tuduhan pasal terorisme,” tutur Ken menambahkan.
Politisasi agama, menurut Ken, ketara banget oleh kelompok FPI dan pelindungnya. Adalah Pilgub beberapa daerah di Indonesia. Sebagai muslim, dia merasa malu. Karena mereka menggunakan cara – cara kotor. Sampai – sampai tempat ibadah dan jenazah pendukung paslon berbeda tidak boleh disholatkan di masjid tertentu.
KLIK JUGA : China Beri Bantuan ke Taliban dengan Syarat, Ini :
Ini sudah kelewatan, ujar Ken, namun mengapresiasi kebaikan dan kesantunan salah satu pemimpin hasil politisasi agama tersebut, walaupun dengan anggaran trilyunan rupiah. Tapi tidak pernah pamer hasil dan prestasinya, walaupun kelebihan bayar dan beberapa proyek juga tidak pernah menagihnya.
“Ini kan luar biasa. Kalau jadi Presiden keren kayaknya. Karena dilihat dia berambisi jadi Presiden. Saya tidak sebut nama loh,” kata Ken. Dia mengapresiasi organisasi FPI dan HTI di Indonesia sudah dibubarkan oleh Pemerintah. Walaupun mereka metamorfosa dengan nama – nama organisasi yang baru, paling tidak sudah ada keseriusan.
Hal itu tak lain dalam menindak ormas radikal yang meresahkan tersebut. “Mereka itu ibarat ganti baju, tapi tidak mandi. Jadi bau dan keberadaannya masih ada dan terasa. Aktor intelektual di belakang layar dengan istilah 3C yang jelas tidak akan diam membiarkannya. Siapa mereka, cari jawaban sendiri,” ucap Ken.
Menurut Ken, Pemerintah perlu membuat regulasi yang melarang dan menindak organisasi atau kelompok pengusung khilafah di Indonesia. Khilafah itu kan sama saja dengan membuat pemerintahan dan pemimpin baru di dalam sebuah negara. Itu sama saja makar.
KLIK JUGA : PDIP Berpeluang Calonkan 2 Kandidat Potensial pada Pilpres 2024
Selama ini kelompok pengasong khilafah ini masih bebas menyebarkan pahamnya atas nama demokrasi dan kebebasan berpendapat. Ini kelemahannya. Karena belum ada regulasi yang mengatur tentang pelarangan mereka.
Menurut Ken, NKRI sudah final dengan Pancasila dan keberagaman dalam Bhineka Tunggal Ika.” Jangan otak atik dan ganti dengan ideologi lain kalau tetap ingin aman, damai dan kondusif,” tambahnya.
“Sementara ini, kelompok dan pendukung radikal cenderung aktif dan dapat panggung dimana – mana. Sedangkan yang mayoritas moderat nasionalis diam membiarkanya. Jika yang waras diam, maka kelompok Taliban Indonesia ini tidak mustahil akan berkuasa,” tutup Ken.
Discussion about this post