JAKARTA, mataberita.co.id__ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dr. Laksana Tri Handoko (LTH), M.Sc. dilantik oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Kepala BRIN) pada Rabu (28/04/2021). Dia mengawali karir sebagai periset di LIPI. Dia memperlihatkan rasa penasaran di dunia penelitian sejak dia duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Dia pun sempat menjadi finalis pada Lomba Karya Ilmiah Remaja (LKIR) LIPI tingkat nasional.
Yang mana hal itu membawa LTH bertemu langsung dengan Menteri Riset dan Teknologi kala itu, BJ Habibie. “Jadi saya pas SMA itu ikut lomba karya ilmiah remaja LIPI. Kebetulan saya masuk jadi finalis ke Jakarta. Pada jaman itu finalis di bawa audiensi ke Menristek pak Habibie, ke Mendikbud kala itu Fuad Hasan, hingga kemudian ikut upacara bendera di Istana Negara ketika 17 Agustus,” ujarnya.
Pria yang menghabiskan masa kecilnya di Kecamatan Lawang, Kabupaten Malang, Jawa Timur itu mengaku berasal dari keluarga yang biasa saja. Meskipun ayahnya berprofesi sebagai pengajar di program studi fisika Universitas Gajah Mada (UGM), dia tidak dikenalkan sedikitpun dunia penelitian. Bahkan dia dibesarkan dengan sekelumit kegiatan peternakan ayam. Yang mana merupakan usaha sampingan keluarganya.
“Keluarga kami saat saya besar itu keluarga peternak ayam. Secara khusus saya tidak dikenalkan dunia penelitian. Tidak ada yang secara spesifik mengenalkan penelitian,” ujar LTH. Sejak kecil dirinya sudah ditanamkan mental kerja keras. Di pagi hari sebelum beranjak ke sekolah, dia harus ikut membantu orang tua membersihkan kandang ayam dan memindahkan hasil telur untuk kemudian dijual ke pengepul.
KLIK JUGA : Deretan Menteri yang Akan di Reshuffle Jokowi
Pria yang akrab dipanggil LTH itu punya pengalaman panjang dalam menempuh studi, usai dirinya lulus SMA pada tahun 1987. Dia sempat merasakan kuliah di Institut Teknologi Bandung (ITB), meski hanya beberapa bulan saja. Singkatnya, studi di ITB itu disebutnya sambil menunggu kepastian beasiswa dari Overseas Fellowship Program (OFP) Kemenristek. “Karena proses tes [seleksi beasiswa] lama, dimulai sejak sebelum lulus SMA, prosesnya panjang,” ungkapnya.
“Jadi karena sudah diterima PMDK akhirnya saya sempat kuliah di ITB. Itu tidak lama, sekitar 3 bulanan,” tutur LTH. Usai beberapa bulan menunggu kepastian beasiswa itu, akhirnya dia mendapat kabar diterima di Universitas Kumamoto, Jepang dengan program studi yang diinginkanya, yakni Fisika. Baginya, Jepang bukan menjadi negara pilihan untuk melanjutkan studi.
Akan tetapi, pada program itu, seluruh peserta beasiswa disebar di beberapa negara maju seperti Perancis, Amerika Serikat, Jerman dan Jepang. Masa studi yang ditempuhnya hingga mendapat gelar Doktor terbilang unik dan penuh tantangan. Selama studi kurang lebih 10 tahun di negeri sakura itu, dia mengaku belum pernah pulang ke kampung halamanya pada musim libur atau pada momen hari besar seperti lebaran. Dia terbiasa menghabiskan waktu liburnya untuk backpackers ke beberapa negara maju untuk menambah relasi dan pengalaman di negara lain.
KLIK JUGA : FPI Versi Baru Buat Deklarasi di Bandung Barat
“Saya selama 10 tahun itu enggak pernah pulang. Jadi saya kalau libur saya minta izin ke orang tua saya untuk backpaker ke berbagai negara. Karena saya mau cari wawasan, bagaimana kehidupan di negara lain,” kata LTH. Walaupun asyik menempuh studi di Jepang, dia sempat terombang-ambing dalam ketidakjelasan melanjutkan studi. Usai dia lulus S1 di program studi fisika, dia belum mendapatkan kepastian dari Pemerintah Indonesia. Dirinya mendapatkan beasiswa atau tidkanya untuk lanjut S2 hingga S3.
Sampai akhirnya LTH harus bekerja paruh waktu di perusahaan kayu. Bahkan hingga sempat menjadi petugas di pengisian Bahan Bakar Minyak (BBM) kendaraan atau yang dikenal SPBU di Jepang. Tak lain untuk menyambung hidup dan juga disisihkan untuk biaya kuliah S2. Sampai akhirnya dia resmi mendapat beasiswa dari Pemerintah Jepang untuk menempuh studi hingga mendapat gelar Doktor. “Ya saya akhirnya bekerja disana. Itu hal biasa lah bagi mahasiswa yang merantau di negeri orang untuk nambah uang saku sembari liburan. Makanya saya cari duit dulu paling enggak buat bayar semesteran kuliah,” ujarnya.
Usai menyelesaikan pendidikan tingginya, LTH melanjutkan karir sebagai peneliti di pusat lembaga – lembaga penelitian negara Eropa. Seperti di Italia dan Jerman sebagai peneliti di bidang fisika teori. Berfokus penelitiannya yakni pada fenomena – fenomena di fisika energi tinggi. Modal bekerja di beberapa negara itulah yang menjadi modal baginya dalam merombak manajemen yang ada di LIPI sejak tahun 2018 hingga 2021. Karena, untuk memaksimalkan penelitian di suatu negara, penting untuk memerhatikan tiga aspek. Yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) unggul, infrastuktur dan anggaran.
KLIK JUGA : Anies Baswedan Semakin Bersinar, Ini Partai yang Akan Meminangnya
Pria yang merupakan salah satu pionir dan penggagas Grup Fisikawan Teoritik Indonesia dan Masyarakat Komputasi Indonesia punya segudang penghargaan dan inovasi. Diantaranya PII Adhidarma Profesi Award, Penemuan Baru yang Bermanfaat bagi Negara (PB3N), hingga Habibie Award untuk Bidang Sains 2004 atas penelitiannya di bidang fisika teori. Dia banyak menciptakan inovasi sewaktu bekerja di LIPI.
Inovasi LTH sebut saja misalnya implementasi sistem online penuh untuk sistem penerimaan CPNS LIPI, model matematis untuk mengukur kinerja atau indeks kinerja ilmiah dan sistem pendukung keterbukaan informasi publik pertama di Indonesia. Dia memiliki kesibukan yang luar biasa. Bahkan sebagian besar waktunya dicurahkan untuk tugas negara. Meskipun sebagai pejabat publik, dia tetap meluangkan waktu bagi keluarga dan hobinya berolahraga.
“Setiap hari kami menyempatkan untuk sarapan bersama sebelum saya berangkat kerja dan anak – anak berangkat sekolah. Selain itu, saya juga menyempatkan diri untuk berolahraga. Karena saya suka olahraga seperti tenis meja, badminton dan tenis. Namun olahraga saya dan keluarga berbeda. Jadi kalau untuk olahraga kami punya hobi masing – masing,” ungkapnya. Karirnya memang semakin melejit meski dulu dia pernah merasakan menjadi petugas SPBU di Jepang.
Discussion about this post