JAKARTA, mataberita.co.id__ Bursa calon Panglima TNI menghangat jelang berakhirnya masa jabatan Marsekal TNI Hadi Tjahjanto. Dua figur saat ini disebut – sebut berpeluang kuat menjadi penerus. Yaitu KSAD Jenderal TNI Andika Perkasa dan KSAL Laksamana TNI Yudo Margono. Dalam sejarah militer Indonesia, Panglima TNI (dulu disebut Panglima ABRI dan jauh sebelumnya Panglima Angkatan Perang RI) selalu dijabat jenderal TNI Angkatan Darat. Tradisi itu berjalan bertahun – tahun dari era Soekarno hingga Soeharto. Namun kebiasaan ini berakhir ketika KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) menjabat Presiden ke-4 RI. Bisa saja Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengulang era Gus Dur.
Cucu pendiri NU Hadaratussyekh Hasyim Asy’ari itu membuat gebrakan dengan memulai pola bergiliran dari masing – masing matra untuk menjadi Panglima TNI. Sejarah pun tercipta pada 1999, kala Gus Dur memilih Laksamana TNI Widodo Adi Sutjipto sebagai pemegang tongkat komando tertinggi militer Indonesia. Widodo yang sebelumnya KSAL, diangkat sebagai Wakil Panglima TNI oleh Presiden BJ Habibie dan akhirnya Panglima TNI di masa Gus Dur. Widodo AS, lulusan AAL 1968, menggantikan Jenderal Wiranto.
Wiranto yang mana kala menjabat Panglima ABRI tak sampai dua tahun (16 Februari 1998 – 26 Oktober 1999). Penunjukkan Widodo seperti mempertegas keinginan Gus Dur untuk mereformasi militer Indonesia setelah era Soeharto. Indonesia dalam kondisi carut marut ketika rezim Orde Baru runtuh. Wapres BJ Habibie naik ke tampuk kekuasaan di tengah situasi ekonomi, politik dan sosial bangsa yang terjerahap ke titik nadir. Kepemimpinan Habibie hanya ‘seumur jagung’. Persisnya 1 tahun 5 bulan, untuk kemudian digantikan Gus Dur yang terpilih sebagai presiden dalam Sidang MPR.
KLIK JUGA : Bupati dan Kepala BPBD Kolaka Timur Ditetapkan Tersangka
A Malik Haramain dalam buku ‘Gus Dur Militer dan Politik’ menyebutkan. Salah satu langkah Presiden Abdurrahman Wahid di masa – masa awal menjabat yakni mereformasi institusi militer. Bukan tanpa sebab Gus Dur melakukan hal itu. Dia ingin mengembalikan citra militer Indonesia yang merosot tajam. Baginya, supremasi sipil sangat penting dilakukan. Salah satu implementasinya yakni pemisahan TNI dan Polri. “Ini disebabkan institusi militer adalah alat utama dalam rezim Orde Baru sebagai alat legitimasi kekuasaan dan perpanjangan tangan dari Presiden Soeharto yang juga berlatar militer,” kata Haramain pada Sabtu (25/09/2021).
“Orde Baru mendominasi pemerintah dengan militer,” kata Haramain mengakhiri. Secara garis besar, militer di masa reformasi menyatakan. Tidak lagi terlibat dalam politik praktis. Menurut Yudhy Chrisnandi dalam buku ‘Reformasi TNI, Perspektif Baru Hubungan Sipil – Militer di Indonesia’, melalui reformasi internal TNI menunjukkan mereka bersungguh – sungguh menarik diri dari politik. Tentang berakhirnya Wiranto sebagai Panglima ABRI, Greg Barton memiliki kisah tersendiri. Penulis buku ‘Biografi Gus Dur’ itu menuturkan. Pada kurun 2000, Gus Dur mendengar Wiranto telah menggelar pertemuan dengan sejumlah jenderal.
KLIK JUGA : PDIP Larang Kader Bicara Capres 2024
Setelah mendapatkan informasi dari ajudan dan Seskab Marsillam Simanjuntak, Gus Dur pun meminta Wiranto untuk menghadap di Istana. “Ketika Wiranto tiba, Gus Dur pun segera menjelaskan. Bahwa dia memintanya untuk segera mundur. Wiranto terkejut. Setelah berhadap – hadapan dengan tegang, Gus Dur memenangkan konfrontasi dengan Wiranto,” kata Greg. Lantas Widodo AS, tentara kelahiran Boyolali ini sebelumnya dipromosikan sebagai KSAL menggantikan Laksamana TNI Arief Kushariadi pada (26/06/1998). Hanya setahun dia menempati jabatan tersebut karena setelahnya dia diangkat Presiden BJ Habibie sebagai Wakil Panglima TNI.
Karir Widodo makin mencorong. Tiga bulan jadi orang nomor dua. Dia diangkat Presiden Gus Dur untuk menduduki posisi puncak sebagai Panglima TNI pada (26/10/1999). Laksamana Widodo mengakhiri masa jabatannya pada (18/06/2002). Penerusnya kembali dari matra Darat yakni Jenderal TNI Endriartono Sutarto. Kelak jejak sejarah Widodo AS diteruskan oleh Laksamana TNI Agus Suhartono. Lulusan AAL 1978 tersebut menjadi jenderal AL kedua yang menduduki Panglima TNI. Dia memimpin pada periode 28 September 2010 – 30 Agustus 2013 atau di masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Discussion about this post