JAKARTA, mataberita.co.id__ Kisah usang seorang Merza Fachys yang dulunya nyolong kabel bisa menjadi Presiden Direktur (Presdir) dan CEO begitu menginspirasi. Pasalnya tak habis pikir hal yang dilakukannya. Akan tetapi, perjalanan hidupnya dipercaya sebagai pimpinan perusahaan telekomunikasi.
Pria pecinta kuliner khas Surabaya tersebut itu tak gampang mengawali karirnya. Awalnya dia kecil suka nyolong kabel telepon. Kabel telepon yang kondisinya telanjang. Kemudian dia coba menghubungkna dengan perangkat untuk melakukan panggilan secara cuma – cuma. Rasa ingin tahu yang besar mendorongnya untuk belajar telekomunikasi.
Merza lantas masuk ke ITB dengan mengambil jurusan elektro spesialisasi C alias Control yang mana belajar tentang komputer. Dia termotivasi dari temannya yang bilanng bahwa telekomunikasi masa depan adalah berbasis komputer. Setelah lulus, dia bergabung di PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero). Dia mendapatkan proyek pertama yaitu membuat software untuk komunikasi data.
KLIK JUGA : RAN bersama mataberita.co.id Bergandengan, Terobosan Penegakan Hukum Tak Diragukan
Lalu pada tahun 1989, pria kelahiran tahun 1956 itu dipanggil dan dipercaya menjadi pemimpin cabang Industri Telekomunikasi Indonesia (INTI) Jakarta. Dia diberikan target penjualan dua digit atau meningkat 500%. Dia rupanya bisa mendapatkan pencapaian diluar dugaan. Pencapaiannya menyentuh Rp 15 miliar. Kemudian dia dipercaya menjadi GM pabrik pesawat telepon.
Merza pun berusaha untuk meningkatkan kapasitas produksi. Dia bekerja sama dengan pabrik plastik, speaker, elektronik dan lainnya. Lalu dia hengkang ke Siemens Indonesia. Dia direkrut untuk bekerja disana karena dinilai memahami jaringan dan perangkat teknologi. Lalu dia memutuskan untuk pensiun dini di usia 50 tahun. Namun, dia justru mendapatkan tawaran yang menggiurkan.
Tawaran tersebut datang dari MNC Group. Yang mana dia diminta untuk mengurus Mobile-8 sesuai visi Hary Tanoesoedibjo. Lantas kondisi kesulitan finansial, membuatnya merger dengan Smart Telecom Tbk. Dia diminta menyatukan dua jaringan milik Mobile-8 dan Smart. Tak berhenti kesulitan, dia mau tak mau pun meminta para pemegang saham untuk berinvestasi ke LTE yaitu 4G.
Bak ketiban bulan, pria asal Surabaya itu pun menjadi seorang CEO dan Presiden Direktur (Presdir). Dia pun terus melakukan inovasi – inovasi. Disela kesibukan, dia tetap aktif untuk kegiatan lainnya. Yaitu kegiatan perkumpulan di ATSI (Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia). Yang mana awalnya dia dipercaya sebagai Sekjend, lalu Ketua Umum dan kini Wakil Ketua Umum.
Discussion about this post