JAKARTA, mataberita.co.id__ Harga batu bara dunia gagal perkasa pekan ini, sempat menguat hingga US$168 per ton. Di penghujung pekan anjlok hingga US$158,5 per ton. Turun 4,6% dari posisi pekan lalu. Sentimen pelemahan datang dari booming Energi Baru Terbarukan India dan perbaikan masalah LNG Australia. Sementara itu sektor energi baru terbarukan India booming. Dikatakan bahwa India adalah pemimpin dunia dalam energi baru terbarukan (tidak termasuk air) baik dalam hal kapasitas total maupun pembangkitan. Pada pertengahan tahun 2023, negara ini telah memasang lebih dari 130 GW kapasitas energi terbarukan baru, yang merupakan 30 persen dari total kapasitasnya.
India juga berencana menambah sekitar 300 GW tenaga surya dan 80 GW tenaga angin pada akhir dekade ini. Kebijakan ini akan berdampak pada pengurangan penggunaan pembangkit listrik batu bara, sehingga permintaan turut menurun yang berakibat harga pun terkoreksi. Beralih ke gas yang merupakan sumber energi pilihan Eropa dan substitusi batu bara, komoditas ini sedang dihadapkan kabar yang cukup positif terkait dengan kepastian pasokan. Sebelumnya, harga batu bara tidak dapat terbendung dan menyentuh titik tertinggi dalam empat bulan terakhir. Sentimen terkini dari kenaikan si pasir hitam, terutama disebabkan oleh lonjakan permintaan dari China.
KLIK JUGA : Sejumlah Investasi Ilegal Berbasis Judi Online Diproses, Yagoal Online Kapan Gilirannya?
Kenaikan perdagangan kemarin menembus level tertinggi sebelumnya pada Rabu pekan lalu (13/09/2023) yang berada di US$167,75 per ton. Berbicara batu bara tidak dapat terlepas dari sentimen China sebagai produsen dan konsumen terbesar dunia. Kabar terbaru dari batu bara China terkait dengan adanya pembangunan pembangkit listrik batu bara yang memiliki kapasitas dua pertiga listrik dunia. Meski begitu, sentimen ini tentunya tidak dapat menggerakkan harga yang disebabkan oleh pembangkit listrik ini masih belum beroperasi. Penggerak harga batu bara masih disebabkan oleh lonjakan permintaan menjelang libur panjang di China yang akan dimulai pada 29 September mendatang.
Libur panjang ini akan mendorong Negeri Tirai Bambu menambah pasokan sebagai upaya mencegah kekurangan persediaan. Hari libur akan mendorong peningkatan permintaan. Sehingga industri akan memaksimalkan kapasitas produksi yang akan mendorong kebutuhan listrik.
Discussion about this post