JAKARTA, mataberita.co.id__ Mayoritas emiten batu bara terpantau menguat pada perdagangan sesi I Senin (25/09/2023), meski harga batu bara acuan dunia terpantau melandai pada perdagangan akhir pekan lalu. Per pukul 09:33 WIB, dari 20 saham batu bara RI, 13 saham terpantau menguat, empat saham cenderung stagnan, dan sisanya yakni tiga saham terpantau melemah. Berikut pergerakan saham emiten batu bara pada perdagangan sesi I.
Saham PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) memimpin penguatan saham-saham batu bara RI yakni melejit 7,21% ke posisi Rp 476/saham. Sedangkan untuk beberapa saham raksasa batu bara juga terpantau menguat, dengan saham PT Indika Energy Tbk (INDY) menjadi saham raksasa batu bara yang menguat paling besar pada sesi I hari ini, yakni melonjak 4% menjadi Rp 2.340/saham. Pada pekan lalu, sejatinya harga batu bara sempat positif.
Namun di penghujung pekan lalu, harga batu bara dunia anjlok hingga 4,6% menjadi US$ 158,5 per ton. Sentimen pelemahan datang dari booming Energi Baru Terbarukan (EBT) di India dan perbaikan masalah LNG Australia. Dikatakan bahwa India adalah pemimpin dunia dalam EBT (tidak termasuk air) baik dalam hal kapasitas total maupun pembangkitan.
Pada pertengahan tahun 2023, negara ini telah memasang lebih dari 130 GW kapasitas energi terbarukan baru. Yang mana merupakan 30% dari total kapasitasnya. India juga berencana menambah sekitar 300 GW tenaga surya dan 80 GW tenaga angin pada akhir dekade ini. Kebijakan ini akan berdampak pada pengurangan penggunaan pembangkit listrik batu bara. Sehingga permintaan turut menurun yang berakibat harga pun terkoreksi.
KLIK JUGA : Sejumlah Investasi Ilegal Berbasis Judi Online Diproses, Yagoal Online Kapan Gilirannya?
Beralih ke gas yang merupakan sumber energi pilihan Eropa dan substitusi batu bara. Komoditas ini sedang dihadapkan kabar yang cukup positif terkait dengan kepastian pasokan. Sebelumnya, harga batu bara tidak dapat terbendung dan menyentuh titik tertinggi dalam empat bulan terakhir. Sentimen terkini dari kenaikan si pasir hitam, terutama disebabkan oleh lonjakan permintaan dari China.
Berbicara batu bara tidak dapat terlepas dari sentimen China sebagai produsen dan konsumen terbesar dunia. Kabar terbaru dari batu bara China terkait dengan adanya pembangunan pembangkit listrik batu bara yang memiliki kapasitas dua pertiga listrik dunia. Meski begitu, sentimen ini tentunya tidak dapat menggerakkan harga yang disebabkan oleh pembangkit listrik ini masih belum beroperasi.
Penggerak harga batu bara masih disebabkan oleh lonjakan permintaan menjelang libur panjang di China yang akan dimulai pada 29 September mendatang. Libur panjang ini akan mendorong Negeri Tirai Bambu menambah pasokan sebagai upaya mencegah kekurangan persediaan. Hari libur akan mendorong peningkatan permintaan. Sehingga industri akan memaksimalkan kapasitas produksi yang akan mendorong kebutuhan listrik.
Discussion about this post