Baek Se-hee, Penulis Buku “I Want to Die but I Want to Eat Tteokbokki”, Meninggal Di Usia 35 Tahun

MataBerita – Baek Se-hee, sosok penulis yang dikenal lewat karya jujurnya tentang kesehatan mental, kini telah pergi untuk selamanya. Kabar duka ini mengejutkan publik, terutama

admin

Baek Se-hee
Baek Se-hee

MataBerita – Baek Se-hee, sosok penulis yang dikenal lewat karya jujurnya tentang kesehatan mental, kini telah pergi untuk selamanya. Kabar duka ini mengejutkan publik, terutama para pembaca setianya di seluruh dunia. Baek bukan hanya penulis—ia adalah suara bagi mereka yang terluka secara batin, namun tak tahu harus ke mana mencari penghiburan.

Namun, meski raganya telah tiada, warisan kebaikannya terus hidup. Ia menyelamatkan lima nyawa melalui donasi organ. Aksi terakhirnya ini mencerminkan kepribadiannya yang penuh empati dan kasih. Ia tak hanya menyentuh hati lewat tulisan, tapi juga memberi kehidupan secara nyata bagi orang lain.

Penyebab kematiannya belum diungkapkan ke publik. Namun keluarga menyampaikan pesan haru. Sang adik perempuan mengatakan, “Ia ingin menulis, berbagi isi hatinya dengan orang lain, dan menebarkan harapan. Semoga ia kini dapat beristirahat dengan tenang.”

Donasi Organ yang Menyelamatkan 5 Nyawa

Menurut keterangan dari Korea Organ Donation Agency, Baek menyelamatkan lima orang melalui donasi organ. Ia mendonorkan jantung, paru-paru, hati, serta ginjalnya. Bagi banyak orang, tindakan ini bukan hanya bentuk kebaikan—melainkan simbol cinta yang berlanjut bahkan setelah seseorang tiada.

Tindakan ini juga membuat banyak penggemarnya terharu. Baek dikenal sebagai pribadi yang hangat, lembut, dan selalu menaruh empati pada orang lain. Maka tak heran, cara ia berpamitan dengan dunia pun begitu menyentuh dan penuh makna.

Penulis yang Mengubah Pandangan Dunia

Nama Baek mulai dikenal luas sejak terbitnya buku fenomenal pada tahun 2018 berjudul “I Want to Die but I Want to Eat Tteokbokki”. Buku ini bukan sekadar bacaan—ia menjadi pengantar dialog penting tentang kesehatan mental di Korea Selatan dan dunia.

Dalam bukunya, Baek secara terbuka membagikan pengalamannya berjuang melawan dysthymia atau gangguan depresi persisten. Ia menulis tentang sesi terapinya, perasaan yang ia pendam, hingga pergulatan batinnya dengan sangat jujur. Kejujuran inilah yang membuat pembaca dari berbagai negara merasa “ditemani”.

Keberhasilan Global yang Luar Biasa

Buku ini laku keras di pasaran. Di Korea Selatan saja, lebih dari 600.000 eksemplar terjual. Karya Baek diterjemahkan ke dalam lebih dari 25 bahasa, termasuk Inggris, Jerman, Spanyol, Italia, Belgia, dan Polandia, dengan total penjualan melebihi 1 juta eksemplar di seluruh dunia.

Di Inggris, buku ini terjual lebih dari 100.000 eksemplar hanya dalam waktu enam bulan setelah rilis. Keberhasilan ini membuktikan satu hal: luka batin adalah bahasa universal yang dapat menyentuh siapa saja, di mana pun mereka berada.

Pesan Baek Se-hee yang Menyentuh Dunia

Dalam wawancara bersama The Korea Herald, Baek pernah mengatakan, “Meski dalam bahasa dan budaya yang berbeda, saya menyadari bahwa rasa ‘luka di hati’ itu sama di mana pun. Saya takjub kisah saya bisa menyentuh hati orang lain. Tapi di saat yang sama, menyadari begitu banyak orang menyimpan luka membuat saya sadar, butuh keberanian besar untuk berkata ‘Saya tidak baik-baik saja.’”

Pernyataan ini menggambarkan betapa tulisannya lebih dari sekadar cerita pribadi—ia menjadi ruang aman bagi orang lain untuk mengakui perasaan mereka sendiri.

Tak Hanya Satu Buku

Selain karya debutnya, Baek juga aktif menulis buku lain. Ia ikut terlibat dalam “No One Will Ever Love You as Much as I Do” (2021) dan “I Want to Write, I Don’t Want to Write” (2022). Ia juga sering berinteraksi dengan pembaca melalui konser bincang dan kuliah umum, membangun komunitas yang saling mendukung.

Pada bulan Juni 2025, ia merilis karya fiksi pendek pertamanya berjudul “A Will from Barcelona”. Ini membuktikan bahwa meski terus bergulat dengan luka batin, ia tetap tak berhenti berkarya dan berbagi.

Aksi Terakhir yang Menginspirasi

Keputusan Baek untuk menjadi donor organ menjadi bab terakhir hidupnya yang sangat berarti. Ia tidak hanya menebarkan semangat melalui tulisan, tapi juga memberikan kehidupan baru bagi lima orang. Tindakan ini membuatnya dikenang bukan hanya sebagai penulis, tapi juga penyelamat.

Warisan Abadi Seorang Penulis

Baek mungkin telah tiada, namun warisan kebaikannya akan terus hidup. Karya-karyanya telah membantu jutaan orang merasa bahwa mereka tidak sendirian dalam pergulatan batin. Ia mengajarkan dunia bahwa kejujuran, empati, dan keberanian untuk berkata “aku tidak baik-baik saja” adalah bentuk kekuatan.

Penutup: Keberanian yang Tak Akan Dilupakan

Kehidupan Baek Se-hee adalah pengingat bahwa satu suara yang jujur dapat mengubah hidup banyak orang. Melalui tulisannya, ia menembus batas budaya, bahasa, bahkan kematian. Kini, tugas kita adalah melanjutkan semangat itu—dengan saling mendengar, saling menguatkan, dan berani jujur pada diri sendiri.

Ikuti Kami di Google News

Related Post

Leave a Comment