MataBerita – Peringatan Hari Santri bukan sekadar seremoni tahunan. Momen ini menyimpan kisah perjuangan panjang para ulama dan santri yang ikut memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Karena itu, khutbah Jumat 24 Oktober 2025 menjadi momen penting untuk menumbuhkan kembali semangat cinta tanah air dan mempererat persaudaraan.
Tahun ini, Hari Santri mengangkat tema “Mengawal Indonesia Merdeka Menuju Peradaban Dunia.” Tema ini bukan hanya slogan, tetapi pengingat akan peran penting santri sebagai agen perdamaian dan pembawa cahaya peradaban.
Melalui khutbah Jumat ini, jamaah diajak merenungi pengabdian para santri dan ulama terdahulu. Bagaimana mereka berjuang tanpa pamrih demi kemerdekaan, menjaga persatuan, dan menebarkan kedamaian. Nilai inilah yang perlu diwariskan untuk generasi sekarang.
Sejarah Singkat Hari Santri Nasional
Hari Santri Nasional diperingati setiap 22 Oktober. Tanggal ini ditetapkan sebagai bentuk penghormatan terhadap perjuangan KH Hasyim Asy’ari yang mengeluarkan resolusi jihad kepada para santri. Seruan tersebut memantik semangat rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.
Para santri kala itu tidak hanya berperan sebagai pelajar agama, tetapi juga pejuang yang turun langsung ke medan pertempuran. Semangat mereka tergambar dalam kalimat perjuangan “isy kariiman au mut syahiidan” — hidup mulia atau mati syahid.
Khutbah Jumat 24 Oktober 2025: Semangat Santri untuk Negeri
Berikut contoh teks khutbah Jumat 24 Oktober 2025 yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan Hari Santri Nasional di mimbar masjid.
Khutbah Pertama
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, segala puji hanya milik Allah SWT yang telah memberi kita nikmat iman, Islam, dan kesehatan sehingga kita dapat berkumpul di hari yang penuh keberkahan ini.
Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya yang istiqamah di jalan kebenaran.
Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Nikmat kemerdekaan yang kita rasakan hari ini bukan hadiah yang datang dengan mudah. Di baliknya ada perjuangan panjang para ulama dan santri yang rela mengorbankan jiwa dan raga demi tegaknya kemerdekaan Indonesia.
Peringatan Hari Santri bukan sekadar acara peringatan tahunan. Ia adalah simbol perjuangan, cinta tanah air, dan tanggung jawab moral kita sebagai umat Islam untuk menjaga negeri ini. Sebagaimana Rasulullah SAW mencintai tanah kelahirannya, kita pun wajib mencintai Indonesia.
Rasulullah bersabda dalam hadits riwayat At-Tirmidzi:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا أَطْيَبَكِ مِنْ بَلْدَةٍ وَأَحَبَّكِ إِلَيَّ. وَلَوْ أَنَّ قَوْمِيْ أَخْرَجُوْنِيْ مِنْكِ مَا سَكَنْتُ غَيْرَكِ.
Artinya: “Dari Ibnu Abbas RA ia berkata, Rasulullah SAW bersabda: Alangkah indahnya engkau (Makkah) dan betapa engkau paling aku cintai. Seandainya kaumku tidak mengusirku darimu, niscaya aku tidak akan mendiami negeri selainmu.” (HR. At-Tirmidzi/3629)
Hadits ini menunjukkan bahwa mencintai tanah air adalah fitrah manusia dan bagian dari keimanan.
Cinta Tanah Air dalam Al-Qur’an
Dalam Al-Qur’an, Allah SWT menegaskan betapa berharganya kampung halaman dan tanah kelahiran. Dalam QS An-Nisa’ ayat 66 Allah berfirman:
وَلَوْ اَنَّا كَتَبْنَا عَلَيْهِمْ اَنِ اقْتُلُوْٓا اَنْفُسَكُمْ اَوِ اخْرُجُوْا مِنْ دِيَارِكُمْ مَّا فَعَلُوْهُ اِلَّا قَلِيْلٌ مِّنْهُمْۗ وَلَوْ اَنَّهُمْ فَعَلُوْا مَا يُوْعَظُوْنَ بِهٖ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ وَاَشَدَّ تَثْبِيْتًاۙ
walau annâ katabnâ ‘alaihim aniqtulû anfusakum awikhrujû min diyârikum mâ fa‘alûhu illâ qalîlun minhum, walau annahum fa‘alû mâ yû‘azhûna bihî lakâna khairan lahum wa asyadda tatsbîta.
Artinya: “Seandainya Kami perintahkan kepada mereka, ‘Bunuhlah dirimu atau keluarlah dari kampung halamanmu,’ niscaya mereka tidak akan melakukannya kecuali sebagian kecil dari mereka. Seandainya mereka melaksanakan perintah itu, sungguh itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka).” (QS An-Nisa’: 66)
Ayat ini menunjukkan betapa beratnya seseorang meninggalkan tanah airnya. Maka, mencintai negeri sendiri adalah bagian dari fitrah manusia sekaligus bentuk syukur kepada Allah.
Menjaga Persatuan dan Perdamaian
Indonesia adalah negeri yang majemuk. Beragam suku, bahasa, dan agama hidup berdampingan dalam satu tanah air. Inilah kekayaan bangsa yang harus dijaga bersama. Allah SWT berfirman dalam QS Al-Hujurat ayat 13:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
yâ ayyuhan-nâsu innâ khalaqnâkum min dzakarin wa untsâ wa ja‘alnâkum syu‘ûban wa qabâ’ila lita‘ârafû, inna akramakum ‘indallâhi atqâkum, innallâha ‘alîmun khabîr.
Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa.” (QS Al-Hujurat: 13)
Ayat ini mengajarkan bahwa perbedaan adalah karunia, bukan alasan untuk terpecah belah. Tugas kita adalah menjaga persatuan dan menebarkan kedamaian.
Keteladanan Santri untuk Masa Kini
Santri masa kini tidak hanya berperan dalam bidang keagamaan, tetapi juga menjadi agen perubahan di berbagai bidang kehidupan. Di tengah derasnya arus globalisasi, semangat perjuangan santri harus terus menyala: cerdas dalam ilmu, kuat dalam iman, dan teguh dalam akhlak.
Sebagaimana ulama dan santri terdahulu berjuang mempertahankan kemerdekaan, santri masa kini harus berjuang menghadapi tantangan zaman dengan ilmu pengetahuan dan ketakwaan. Menjaga etika digital, melawan hoaks, aktif dalam kegiatan sosial, dan menjadi teladan akhlak adalah wujud nyata semangat Hari Santri di era kini.
Syukur atas Nikmat Kemerdekaan
Sebagai penutup khutbah pertama, mari kita renungi firman Allah dalam QS Luqman ayat 12:
وَلَقَدْ اٰتَيْنَا لُقْمٰنَ الْحِكْمَةَ اَنِ اشْكُرْ لِلّٰهِۗ وَمَنْ يَّشْكُرْ فَاِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهٖۚ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ حَمِيْدٌ
wa laqad âtainâ luqmânal-ḥikmata anisykur lillâh, wa may yasykur fa innamâ yasykuru linafsih, wa man kafara fa innallâha ghaniyyun ḥamîd.
Artinya: “Sungguh, Kami telah memberikan hikmah kepada Luqman, yaitu: ‘Bersyukurlah kepada Allah!’ Siapa yang bersyukur, sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri. Siapa yang kufur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji.” (QS Luqman: 12)
Mensyukuri nikmat kemerdekaan bukan hanya dengan ucapan, melainkan juga dengan meningkatkan ibadah, memperkuat ukhuwah, dan menebarkan kebaikan.
Khutbah Kedua
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan petunjuk kepada kita semua.
Marilah kita tingkatkan ketakwaan kepada Allah dengan menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Mari kita teladani perjuangan para ulama dan santri terdahulu. Jaga negeri ini dengan iman, ukhuwah, dan semangat gotong royong. Jangan biarkan perbedaan menjadi sumber perpecahan, tetapi jadikan ia kekuatan untuk membangun Indonesia yang damai dan beradab.
Mari kita berdoa:
“Ya Allah, jadikan negeri kami negeri yang aman, tenteram, dan diberkahi. Lindungi bangsa kami dari perpecahan dan fitnah. Satukan hati kami dalam kebaikan, dan jadikan kami hamba-hamba yang bersyukur atas nikmat kemerdekaan ini.”
Aamiin ya Rabbal ‘alamin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Penutup: Spirit Santri, Spirit Bangsa
Hari Santri bukan sekadar peringatan, melainkan pengingat akan nilai perjuangan, keteladanan, dan cinta tanah air. Santri adalah simbol keberanian dan pengabdian. Melalui khutbah Jumat 24 Oktober 2025 ini, mari kita warisi semangat itu untuk menjaga perdamaian dan membangun negeri dengan iman dan ilmu.







