IHSG Ambruk Usai Isu Perubahan MSCI, Saham Prajogo Pangestu Jadi Biang Kerok?

MataBerita – Bursa saham Indonesia kembali diguncang. Awal pekan ini, pasar modal nasional harus menerima kenyataan pahit setelah IHSG ambruk cukup dalam. Perdagangan Senin (27/10/2025) ditutup

admin

Rekomendasi Saham Hari Ini Senin 27 Oktober 2025
Rekomendasi Saham Hari Ini Senin 27 Oktober 2025

MataBerita – Bursa saham Indonesia kembali diguncang. Awal pekan ini, pasar modal nasional harus menerima kenyataan pahit setelah IHSG ambruk cukup dalam. Perdagangan Senin (27/10/2025) ditutup dengan koreksi tajam, membuat pelaku pasar waspada dan investor ramai-ramai melakukan aksi jual.

Penurunan ini bukan sekadar koreksi ringan. Indeks terjun bebas lebih dari 1%, membuat banyak saham unggulan ikut terseret ke zona merah. Kabar mengenai perubahan metodologi perhitungan MSCI disebut-sebut menjadi pemicu utama. Banyak investor panik dan memilih menarik dana mereka dari saham konglomerat besar.

Situasi ini seakan menjadi alarm keras bagi pasar. Tak hanya nilai indeks yang terpukul, kapitalisasi pasar juga mengalami penyusutan signifikan. Lantas, apa sebenarnya yang terjadi di balik ambruknya IHSG? Yuk, kita kupas lebih dalam.

Faktor Utama IHSG Ambruk

1. Isu Perubahan Perhitungan MSCI

Salah satu penyebab paling dominan adalah kabar tentang perubahan metodologi free float oleh Morgan Stanley Capital International atau MSCI. Isu ini sontak mengguncang pasar karena berpotensi mengubah peta pergerakan indeks global.

MSCI dijadwalkan akan mengumumkan indeks terbaru pada 5 November 2025 dan mulai berlaku efektif pada 25 November 2025. Banyak investor khawatir saham-saham besar dengan porsi kepemilikan publik rendah akan terdampak negatif dan dikeluarkan dari perhitungan indeks.

Efeknya langsung terasa di pasar. Sentimen negatif ini membuat pelaku pasar melakukan aksi jual besar-besaran. Tekanan jual terbesar datang dari saham-saham konglomerat yang selama ini menjadi penopang indeks.

2. Saham Prajogo Pangestu Jadi Penekan Terbesar

Saham milik konglomerat Prajogo Pangestu menjadi penyumbang terbesar dalam penurunan indeks kali ini.

Pada sesi I perdagangan, total saham milik Prajogo menyeret IHSG sebesar -61,78 poin. Angka ini sedikit membaik pada penutupan menjadi -38,29 poin, tetapi tetap menjadi faktor penekan dominan. Saham andalan seperti BREN dan BRPT mengalami penurunan tajam.

Saham BREN Anjlok Tajam

Saham BREN bahkan kembali ke level 7.800, dengan kontribusi negatif sebesar -29,5 indeks poin. Anjloknya saham energi ini memicu efek domino, membuat kepercayaan investor pada sektor konglomerat kian luntur.

“Saham Prajogo seperti BREN sangat sensitif terhadap perubahan kebijakan MSCI. Investor memilih ambil langkah aman,” ujar salah satu analis pasar modal.

3. Saham DSSA dari Grup Sinar Mas Ikut Membebani

Tak hanya saham konglomerat Prajogo, tekanan besar juga datang dari saham DSSA, milik grup Sinar Mas.

DSSA menyumbang -50,35 poin terhadap penurunan IHSG pada penutupan perdagangan. Saham ini tercatat turun 12,83% ke level 88.800.

Penurunan drastis saham DSSA menjadi indikasi bahwa koreksi kali ini tidak hanya terfokus pada satu emiten, tetapi merata ke berbagai saham konglomerat besar lainnya.

4. Pergeseran Arah Investasi

Menurut analis Doo Financial FuturesLukman Leong, aksi jual yang terjadi juga dipicu oleh pergeseran strategi investor. Banyak pelaku pasar mulai mengalihkan investasinya dari saham konglomerat ke emiten blue chip yang dianggap lebih stabil.

Sayangnya, langkah ini belum mampu menahan koreksi IHSG. Meski saham blue chip cukup tangguh, tekanan dari sektor konglomerat terlalu besar sehingga indeks tetap melemah signifikan.

Dampak Kerugian yang Fantastis

Penurunan tajam IHSG ini tentu membawa dampak besar pada kapitalisasi pasar. Kapitalisasi pasar Bursa Efek Indonesia tercatat turun sebesar Rp358 triliun, dari Rp15.234 triliun pada akhir Jumat (24/10) menjadi Rp14.876 triliun pada Senin (27/10).

Kerugian terbesar ditanggung oleh konglomerasi milik Prajogo Pangestu. Dalam hitungan jam, total kerugian mencapai sekitar Rp126 triliun. Saham BREN sendiri menyumbang sekitar Rp69,44 triliun dari total kerugian tersebut.

Jika tren ini terus berlanjut hingga pengumuman resmi MSCI pada November nanti, tekanan terhadap IHSG bisa makin berat.

Apa Artinya bagi Investor?

Perubahan metodologi MSCI bukan sekadar kabar biasa. Ini bisa menjadi game changer bagi peta investasi di Indonesia. Investor institusional global sangat memperhatikan komposisi indeks MSCI, sehingga perubahan kecil saja dapat memicu arus modal keluar atau masuk dalam jumlah besar.

Untuk investor ritel, ini menjadi momen penting untuk lebih selektif dalam memilih saham. Saham konglomerat mungkin masih memiliki fundamental kuat, tapi volatilitasnya bisa meningkat tajam dalam jangka pendek. Sementara itu, saham blue chip berpotensi menjadi “tempat berlindung” sementara bagi sebagian pelaku pasar.

Penutup: IHSG Masih Bisa Bangkit?

Meski IHSG ambruk cukup dalam, bukan berarti pasar akan terus terpuruk. Pergerakan pasar saham sangat dipengaruhi sentimen, dan kondisi bisa berubah cepat setelah ada kejelasan dari MSCI.

Investor disarankan untuk tidak panik dan tetap memperhatikan fundamental emiten. Selain itu, pergeseran investasi ke sektor-sektor defensif bisa menjadi strategi cerdas menghadapi gejolak ini.

Ke depan, pasar akan menunggu pengumuman resmi MSCI pada 5 November 2025. Inilah momen krusial yang akan menentukan apakah IHSG mampu bangkit atau justru kembali tertekan.

Ikuti Kami di Google News

Related Post

Leave a Comment