Saham BBCA Jadi Andalan DBS, Ini Rekomendasi Lengkap Saham Bank di BEI

MataBerita – Saham perbankan kembali menjadi sorotan analis global. Di tengah dinamika pasar dan ketidakpastian ekonomi global, sektor bank di Bursa Efek Indonesia (BEI) tetap

Redaksi

Saham BBCA
Saham BBCA

MataBerita – Saham perbankan kembali menjadi sorotan analis global. Di tengah dinamika pasar dan ketidakpastian ekonomi global, sektor bank di Bursa Efek Indonesia (BEI) tetap dinilai memiliki daya tarik jangka menengah hingga panjang. Salah satu saham yang kembali menonjol adalah saham BBCA atau PT Bank Central Asia Tbk.

Lembaga riset dan investasi asal Singapura, DBS Group, baru-baru ini merilis pandangan terbarunya terkait saham-saham bank di Indonesia. Dalam laporan tersebut, DBS menempatkan BBCA sebagai salah satu saham pilihan utama, berdampingan dengan BRIS, sementara beberapa bank besar lainnya mendapat rekomendasi berbeda sesuai valuasi dan prospeknya.

Rekomendasi ini menarik perhatian pelaku pasar karena datang di tengah tekanan harga saham bank sepanjang 12 bulan terakhir. Lalu, apa alasan DBS tetap optimistis terhadap saham BBCA dan bagaimana peta rekomendasi saham perbankan lainnya? Berikut ulasan lengkapnya.

DBS Tetapkan Saham BBCA dan BRIS sebagai Pilihan Utama

DBS secara tegas memilih saham BBCA dan PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) sebagai saham unggulan di sektor perbankan BEI. Pilihan ini sekaligus menggeser posisi PT Bank Jago Tbk (ARTO), yang sebelumnya masuk radar saham pilihan.

Menurut DBS, ARTO saat ini menghadapi overhang risiko akibat ketidakjelasan kelanjutan rencana merger antara GoTo dan Grab. Ketidakpastian tersebut dinilai berpotensi menekan sentimen dan pergerakan harga saham ARTO dalam jangka menengah.

Sebaliknya, BBCA dinilai memiliki fundamental yang solid, model bisnis yang konsisten, serta kemampuan menjaga profitabilitas di tengah kondisi ekonomi yang menantang. BRIS juga dipandang menarik karena eksposur kuat di segmen perbankan syariah yang masih memiliki ruang pertumbuhan besar di Indonesia.

Baca Juga:  IPO Superbank Bidik Dana Rp3,06 Triliun, Harga Penawaran Dibuka Rp525–Rp695 per Saham

Rekomendasi Buy Saham BBCA dengan Target Harga Rp 12.000

Dalam laporan resminya, DBS memberikan rekomendasi buy untuk beberapa saham bank, termasuk saham BBCA. Berikut daftar lengkapnya:

Rekomendasi Buy dari DBS

  • PT Bank Jago Tbk (ARTO) – Target harga Rp 3.000

  • PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) – Target harga Rp 12.000

  • PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) – Target harga Rp 4.000

Khusus untuk saham BBCA, target harga Rp 12.000 mencerminkan keyakinan DBS terhadap kekuatan laba, kualitas aset, serta manajemen risiko yang disiplin. BBCA dinilai mampu mempertahankan margin bunga bersih (NIM) yang sehat dan tingkat kredit bermasalah (NPL) yang rendah dibandingkan bank sekelasnya.

DBS juga menyoroti posisi likuiditas BBCA yang sangat kuat, didukung oleh basis dana murah (CASA) yang stabil. Faktor ini membuat BBCA relatif lebih tahan terhadap fluktuasi suku bunga dan tekanan biaya dana.

Saham Bank BUMN Direkomendasikan Hold

Sementara itu, DBS mengambil sikap lebih konservatif terhadap saham bank-bank BUMN besar. Beberapa di antaranya dinilai masih memiliki prospek jangka panjang yang baik, namun secara valuasi sudah mendekati nilai wajarnya.

Rekomendasi Hold Saham Bank

  • PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) – Target harga Rp 3.800

  • PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) – Target harga Rp 3.400

  • PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) – Target harga Rp 4.400

DBS menilai kinerja fundamental ketiga bank tersebut tetap solid, terutama dari sisi pertumbuhan kredit dan peran strategis dalam perekonomian nasional. Namun, ruang kenaikan harga saham dinilai lebih terbatas dibandingkan saham BBCA atau BRIS, sehingga rekomendasinya berada di level hold.

Saham BBTN Dinilai Fully Valued

Untuk PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN), DBS memberikan penilaian fully valued dengan target harga Rp 900. Artinya, harga saham BBTN saat ini dinilai sudah mencerminkan seluruh potensi pertumbuhan yang ada.

Meskipun BBTN memiliki peran penting di sektor pembiayaan perumahan, DBS menilai tantangan dari sisi margin dan kualitas aset membuat ruang apresiasi harga saham menjadi terbatas dalam waktu dekat.

Baca Juga:  Prospek Cerah Saham BBCA: Buyback, Dividen, dan Optimisme Pertumbuhan Kredit

Performa Saham Bank dalam 12 Bulan Terakhir

DBS juga mencatat kinerja saham perbankan di BEI dalam periode 12 bulan terakhir, yang mayoritas mengalami koreksi cukup dalam.

  • BRIS mencatat penurunan terdalam, yakni sekitar 27% dalam 12 bulan

  • BBNI menjadi saham bank dengan penurunan paling rendah, sekitar 16,5%

Penurunan ini dipengaruhi oleh kombinasi faktor global dan domestik, mulai dari ketidakpastian ekonomi dunia, kebijakan suku bunga, hingga sentimen investor terhadap sektor keuangan.

Namun demikian, DBS melihat koreksi tersebut justru membuka peluang selektif, terutama pada saham dengan fundamental kuat seperti saham BBCA.

Alasan DBS Tetap Optimistis terhadap Saham BBCA

Optimisme DBS terhadap saham BBCA bukan tanpa alasan. Beberapa faktor utama yang menjadi pertimbangan antara lain:

Fundamental Kuat dan Konsisten

BBCA dikenal sebagai bank dengan kinerja yang stabil dari tahun ke tahun. Pertumbuhan laba yang konsisten, kualitas kredit yang terjaga, serta efisiensi operasional menjadi nilai plus utama.

Manajemen Risiko yang Disiplin

Dalam berbagai siklus ekonomi, BBCA terbukti mampu menjaga rasio kredit bermasalah pada level rendah. Hal ini memberikan rasa aman bagi investor jangka panjang.

Basis Nasabah dan Dana Murah yang Kuat

BBCA memiliki basis nasabah ritel yang besar dengan porsi dana murah (CASA) yang dominan. Kondisi ini membuat biaya dana relatif rendah dan margin tetap terjaga.

Sejumlah analis pasar juga kerap menyebut BBCA sebagai saham defensif di sektor perbankan. Dalam berbagai publikasi sebelumnya, BBCA sering dipandang sebagai “safe haven” ketika pasar bergejolak, karena likuiditas tinggi dan kepercayaan investor yang kuat.

Dampak Rekomendasi DBS bagi Investor

Rekomendasi dari lembaga global seperti DBS tentu menjadi salah satu referensi penting bagi investor, baik ritel maupun institusi. Meski demikian, investor tetap perlu menyesuaikan dengan profil risiko dan horizon investasi masing-masing.

Bagi investor jangka panjang, saham BBCA dinilai masih menarik sebagai aset defensif dengan potensi pertumbuhan stabil. Sementara itu, saham BRIS bisa menjadi opsi bagi investor yang ingin menangkap peluang pertumbuhan di sektor perbankan syariah.

Kesimpulan

DBS menegaskan posisinya dengan menjadikan saham BBCA sebagai salah satu pilihan utama di sektor perbankan Indonesia. Dengan rekomendasi buy dan target harga Rp 12.000, BBCA dinilai memiliki fundamental kuat dan prospek jangka panjang yang solid.

Di tengah tekanan pasar dan koreksi harga saham bank, pendekatan selektif menjadi kunci. Rekomendasi DBS ini memberikan gambaran bahwa meskipun tantangan masih ada, peluang tetap terbuka bagi investor yang fokus pada kualitas dan fundamental perusahaan.

Ikuti Kami di Google News

Related Post