BMKG Luncurkan Sistem Peringatan Dini Gempa Tsunami Super Cepat, Cuma 2 Menit!

MataBerita – Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia terus memperkuat sistem mitigasi bencana, terutama dalam hal peringatan dini gempa dan tsunami BMKG. Melalui proyek Indonesia Disaster Resilience Initiative Project

admin

BMKG Luncurkan Sistem Peringatan Dini Gempa Tsunami
BMKG Luncurkan Sistem Peringatan Dini Gempa Tsunami

MataBerita – Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia terus memperkuat sistem mitigasi bencana, terutama dalam hal peringatan dini gempa dan tsunami BMKG. Melalui proyek Indonesia Disaster Resilience Initiative Project (IDRIP), kini sistem tersebut mengalami loncatan besar dalam kecepatan, akurasi, dan jangkauan peringatannya. Transformasi ini bukan hanya soal teknologi, tapi juga tentang keselamatan jutaan jiwa di negeri rawan bencana ini.

Bayangkan, dulu peringatan dini gempa dan tsunami bisa memakan waktu hingga 5 menit. Kini, hanya butuh waktu 2–3 menit saja untuk memberi sinyal bahaya dan menggerakkan masyarakat menuju tempat aman. Ini bukan hal kecil, karena dalam situasi bencana, setiap detik bisa menyelamatkan nyawa.

Lebih menarik lagi, sistem yang dikembangkan BMKG bersama BNPB ini tidak hanya fokus pada alat dan komputer canggih, tapi juga membangun kolaborasi manusia, lembaga, hingga masyarakat. Semua bergerak dalam satu tujuan: mengurangi risiko, bukan hanya menunggu bencana datang.

Lompatan Besar BMKG dalam Sistem Peringatan Dini

Menurut Kepala BMKG, Prof. Dwikorita Karnawati, proyek IDRIP menjadi tonggak penting modernisasi sistem peringatan dini gempa dan tsunami. Kini, sistem mampu memproses data secara real-time dengan kecepatan luar biasa.

Sebelumnya, BMKG butuh waktu sekitar lima menit untuk menyampaikan peringatan dini. Namun berkat modernisasi yang dilakukan lewat IDRIP, peringatan dapat diberikan maksimal dalam waktu tiga menit — bahkan pada beberapa kejadian, hanya dua menit.

Tak hanya lebih cepat, akurasi data meningkat, dan jangkauan wilayah lebih luas. Semua ini berkat penggabungan sistem pemantauan dan diseminasi yang kini jauh lebih terpadu.

Integrasi Sistem Multi Hazard Early Warning System (MHEWS)

Sistem Multi Hazard Early Warning System (MHEWS) menjadi salah satu pencapaian besar dalam proyek ini. Sistem ini mengintegrasikan berbagai modul, seperti seismologi, tsunami, hingga jaringan diseminasi terpadu, agar aliran informasi dari hulu ke hilir berjalan lancar.

Pusat utamanya berada di Kemayoran (Jakarta), dengan Denpasar (Bali) sebagai backup center. Kedua pusat ini diperkuat oleh supercomputer canggih yang mampu memproses data dalam waktu singkat.

Dengan sistem ini, informasi dari BMKG bisa langsung mengalir ke Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) pusat dan daerah, lalu diteruskan ke desa tangguh bencana untuk segera direspons oleh masyarakat.

Supercomputer “SMONG”: Otak dari Sistem Peringatan Cepat

Salah satu inovasi yang paling membanggakan dari proyek ini adalah penggunaan supercomputer bernama SMONG (Supercomputer for Multi-hazards Operations and Numerical Modelling).

Menurut Dwikorita, komputer ini termasuk dalam 500 supercomputer terbesar di dunia. Perangkat ini memungkinkan BMKG untuk mempercepat analisis gempa dan tsunami dalam hitungan detik, memberikan hasil yang lebih cepat, akurat, dan real-time.

Kehadiran SMONG bukan hanya menunjukkan kemampuan teknologi Indonesia di kancah global, tetapi juga bukti bahwa investasi pada teknologi mitigasi bencana benar-benar berdampak langsung bagi keselamatan masyarakat.

Penguatan SDM dan Pelatihan Lintas Daerah

Modernisasi teknologi tidak akan berjalan tanpa sumber daya manusia yang mumpuni. Oleh karena itu, BMKG dan BNPB juga menaruh fokus besar pada penguatan kapasitas SDM.

Hingga kini, telah dilaksanakan lebih dari 40 pelatihan dengan melibatkan lebih dari 1.000 peserta lintas satuan kerja dan mitra daerah. Tujuannya adalah memastikan setiap lini, dari pusat hingga daerah, mampu memahami dan mengoperasikan sistem baru ini dengan baik.

Pembelajaran dari Bencana Besar Tahun 2018

Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto mengingatkan bahwa proyek IDRIP lahir dari pelajaran berharga setelah bencana besar di NTB, Palu–Donggala, dan Selat Sunda tahun 2018.

Tragedi tersebut menjadi momentum penting untuk memperkuat peralatan, meningkatkan kesiapsiagaan, dan melatih masyarakat di daerah rawan bencana. Kini, rantai respon bencana di tingkat hilir sudah terstandar dan terlatih.

Informasi dari BMKG diteruskan dengan cepat ke Pusdalops daerah, sirine diaktifkan, dan warga segera bergerak mengikuti rute evakuasi yang sudah diperkenalkan dalam latihan.

Dengan sistem ini, perilaku berisiko — seperti berbondong ke pantai saat air surut — bisa dicegah. “Bencananya tidak bisa dihentikan, tapi risikonya bisa dikurangi,” tegas Suharyanto.

Kolaborasi Nasional dan Global

Proyek IDRIP adalah hasil kolaborasi besar antara pemerintah Indonesia dan World Bank. Dalam proyek ini, BNPB bertindak sebagai executing agency, sedangkan BMKG sebagai implementing agency.

Dwikorita menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang terlibat — mulai dari BNPB, Bank Dunia, hingga kementerian/lembaga dan pemerintah daerah. Ia menutup dengan seruan penuh semangat:

Mari kita perkuat Early Warning for All dan Early Action by All — agar peringatan dini yang makin cepat dan akurat benar-benar menyelamatkan nyawa.

Transparansi dan Akuntabilitas

Mekanisme monitoring, evaluasi, dan pelaporan yang diterapkan dalam proyek IDRIP menunjukkan bahwa program ini tidak hanya berorientasi pada hasil teknis (output) tetapi juga pada dampak nyata (impact) bagi masyarakat.

Sistem pengaduan dan umpan balik publik yang terintegrasi antara BNPB dan BMKG menjadi bukti komitmen terhadap akuntabilitas dan transparansi sesuai regulasi nasional.

Dengan langkah-langkah tersebut, proyek IDRIP tidak hanya meninggalkan warisan teknologi, tapi juga budaya kesiapsiagaan yang lebih kuat di Indonesia.

Penutup: Dari Kecepatan Menuju Keselamatan

Modernisasi peringatan dini gempa dan tsunami BMKG bukan sekadar pembaruan sistem, tapi sebuah langkah besar menuju masa depan mitigasi bencana yang lebih siap dan manusiawi.

Dengan teknologi canggih, SDM terlatih, dan sinergi antar lembaga, Indonesia kini memiliki fondasi kuat untuk menghadapi bencana tanpa panik, karena peringatan datang lebih cepat, lebih akurat, dan lebih menyelamatkan.

Ikuti Kami di Google News

Related Post