GTSI Siapkan Investasi Rp7,5 Triliun, Tancap Gas Ekspansi Armada LNG Hingga 2026

MataBerita – Bayangkan dalam beberapa tahun ke depan, pasokan energi bersih di Indonesia semakin mudah diakses dan terdistribusi dengan lancar. Di tengah tren transisi energi

admin

GTSI
GTSI

MataBerita – Bayangkan dalam beberapa tahun ke depan, pasokan energi bersih di Indonesia semakin mudah diakses dan terdistribusi dengan lancar. Di tengah tren transisi energi global menuju sumber energi ramah lingkungan, salah satu pemain besar tanah air mulai bergerak cepat. Dialah PT GTS Internasional (GTSI), emiten transportasi LNG milik konglomerat Tommy Soeharto, yang baru saja mengumumkan langkah ekspansi besar-besaran.

Dengan investasi fantastis hingga USD 508 juta atau sekitar Rp7,5 triliun, GTSI bukan sekadar menambah armada kapal. Mereka tengah membangun fondasi kuat untuk menjadi pemain kunci dalam rantai pasok gas alam cair (LNG) di Asia Tenggara. Langkah ini sejalan dengan dorongan pemerintah dalam mendorong penggunaan energi yang lebih bersih serta pemenuhan kebutuhan infrastruktur LNG domestik dan regional yang terus tumbuh.

Ekspansi ini juga menunjukkan bahwa sektor LNG bukan lagi sekadar pelengkap energi fosil, melainkan salah satu pilar masa depan energi Indonesia. Dan GTSI, sebagai perusahaan nasional, ingin memastikan dirinya berada di garis depan perubahan besar ini.

Investasi Jumbo untuk Ekspansi Armada LNG

Langkah ekspansi GTSI resmi diungkapkan melalui keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia pada Jumat, 17 Oktober 2025. Dalam laporan tersebut, perusahaan mengalokasikan dana hingga USD 508 juta yang akan dikucurkan bertahap hingga 2026.

Fokus pada Armada dan Infrastruktur Gas

Investasi besar ini diarahkan untuk mempercepat ekspansi armada LNG serta memperkuat layanan rantai pasok gas nasional. Pemerintah Indonesia sendiri tengah mendorong pemanfaatan LNG sebagai sumber energi bersih yang lebih ramah lingkungan dibandingkan batubara atau minyak bumi.

Proyek Regasifikasi Rp2,6 Triliun

Tak hanya armada, GTSI juga tengah menyelesaikan proyek regasifikasi senilai USD 175 juta atau sekitar Rp2,6 triliun. Proyek ini ditargetkan beroperasi pada Juni 2026. Fasilitas regasifikasi tersebut berfungsi sebagai penghubung vital antara pasokan LNG dan pengguna akhir, baik industri maupun sektor publik.

Dengan adanya fasilitas ini, distribusi LNG diproyeksikan menjadi lebih andal dan efisien, sekaligus menekan biaya logistik energi nasional. Langkah ini juga menjadi salah satu strategi perusahaan untuk memperkuat posisinya sebagai penyedia jasa transportasi dan logistik LNG terkemuka.

Kapal LNG Baru Segera Tiba Akhir Bulan Ini

Bagian penting dari ekspansi GTSI adalah memperkuat armada kapal LNG. Menurut informasi terbaru, satu kapal LNG baru dijadwalkan tiba pada akhir Oktober 2025.

Kapal Eks GasLog Partners

Kapal tersebut sebelumnya dimiliki oleh GasLog Partners dan dikenal dengan nama Methane Jane Elizabeth. Kapal ini termasuk salah satu kapal LNG berkapasitas besar di pasar global, sehingga akan menjadi tambahan signifikan dalam armada GTSI.

Nilai pembelian kapal ini diperkirakan mencapai Rp1,2 triliun. Dengan masuknya kapal tersebut, GTSI semakin siap menjawab lonjakan permintaan jasa transportasi LNG baik di pasar domestik maupun regional.

Target Armada Tambahan Hingga 2026

GTSI menargetkan penambahan satu kapal LNG pada 2025 dan dua kapal tambahan pada 2026. Ini akan melengkapi armada eksisting, termasuk kapal LNG andalan mereka, Ekaputra 1, yang saat ini memiliki kapasitas tangki LNG terbesar di Indonesia.

Strategi GTSI: Menangkap Peluang Pasar Energi Bersih

Langkah agresif ini bukan hanya sekadar investasi, tetapi strategi jangka panjang GTSI untuk menangkap peluang bisnis dari peningkatan permintaan energi bersih.

Permintaan LNG Terus Tumbuh

Permintaan LNG domestik dan regional mengalami peningkatan signifikan. Transisi energi di Asia Tenggara yang semakin cepat membuka peluang besar bagi pemain logistik LNG untuk memperluas pasar. GTSI melihat momentum ini sebagai kesempatan emas untuk memperkuat positioning-nya.

Memperluas Jejak di Asia Tenggara

Dengan ekspansi armada dan infrastruktur, GTSI berambisi menjadi salah satu pemain utama di rantai pasok energi bersih kawasan Asia Tenggara. Keunggulan lokasi geografis Indonesia dan kebutuhan pasokan energi yang tinggi membuat peluang ini sangat menjanjikan.

Apa Dampaknya untuk Indonesia?

Kehadiran armada LNG yang lebih besar dan infrastruktur regasifikasi yang lebih lengkap tak hanya menguntungkan GTSI, tapi juga mendukung program energi bersih nasional.

Distribusi energi akan menjadi lebih stabil dan efisien. Biaya logistik energi pun bisa ditekan, sehingga harga energi menjadi lebih kompetitif. Selain itu, hal ini mendorong percepatan transisi energi dari fosil ke LNG serta meningkatkan daya saing Indonesia dalam rantai pasok energi global.

Dengan fondasi yang kuat, GTSI berpotensi menjadi salah satu perusahaan strategis dalam ekosistem energi bersih Indonesia.

Masa Depan Cerah Industri LNG Nasional

Langkah ekspansi besar yang dilakukan GTSI bukan sekadar soal angka investasi. Ini adalah bagian dari strategi nasional untuk memperkuat ketahanan energi Indonesia di tengah perubahan global menuju sumber energi yang lebih bersih.

Dalam beberapa tahun ke depan, kita akan melihat bagaimana peran LNG semakin besar dalam menjaga stabilitas energi nasional. Dan jika semua berjalan sesuai rencana, GTSI akan berada di barisan depan sebagai pemain utama sektor ini.

Bukan tidak mungkin Indonesia akan menjadi pusat logistik LNG di Asia Tenggara — dan GTSI menjadi salah satu tulang punggungnya.

Ikuti Kami di Google News

Related Post

Leave a Comment