MataBerita – Kabar duka datang dari Keraton Kasunanan Surakarta. Raja Keraton Solo, Pakubuwono XIII, dikabarkan wafat pada Minggu pagi (2/11/2025) sekitar pukul 07.30 WIB. Kabar ini sontak mengguncang masyarakat Solo dan para pengagum budaya Jawa, yang selama ini mengenal beliau sebagai sosok penjaga tradisi dan spiritualitas Jawa yang penuh wibawa.
Kepergian sang raja bukanlah hal yang tiba-tiba. Dalam beberapa waktu terakhir, Pakubuwono XIII dikabarkan sering keluar-masuk rumah sakit karena masalah kesehatan yang cukup kompleks. Meski sempat menunjukkan tanda-tanda membaik, kondisi beliau kembali menurun hingga akhirnya berpulang dengan tenang di usia yang sudah sepuh.
Di balik keheningan suasana Keraton hari ini, tersimpan rasa duka mendalam. Bukan hanya bagi keluarga besar kerajaan, tetapi juga masyarakat yang menaruh hormat kepada beliau sebagai simbol kebijaksanaan dan penjaga warisan budaya Jawa yang sarat makna.
Riwayat Kesehatan Pakubuwono XIII
Lama Berjuang Melawan Komplikasi
Menurut keterangan KPH Eddy Wirabumi, adik ipar almarhum, Pakubuwono XIII telah lama berjuang melawan sejumlah penyakit komplikasi. Kondisinya semakin menurun akibat faktor usia dan penyakit bawaan seperti diabetes dan gangguan gula darah tinggi.
“Sudah lama beliau sakit, terakhir komplikasi, macam-macam, termasuk gula darah tinggi, dan seterusnya, sudah sepuh juga,” ungkap Eddy Wirabumi seperti dilansir dari detikJateng.
Selama beberapa bulan terakhir, beliau menjalani perawatan intensif di rumah sakit, bahkan sempat keluar masuk ruang perawatan karena kondisi yang naik turun. Meski demikian, sang raja tetap berusaha hadir dalam berbagai agenda penting kerajaan ketika kesehatannya memungkinkan.
Tetap Hadir di Acara Adang Dal
Salah satu momen terakhir Pakubuwono XIII yang diingat masyarakat adalah ketika beliau masih sempat hadir dalam acara adat Adang Dal, sebuah prosesi penting dalam tradisi Keraton Surakarta.
“Beliau sempat masuk rumah sakit sebelum acara itu, lalu kondisinya membaik dan beliau ikut hadir di Adang Dal. Setelah itu, beliau kembali drop dan harus dirawat lagi,” lanjut Eddy Wirabumi.
Momen tersebut kini menjadi kenangan terakhir masyarakat melihat sosok sang raja dalam balutan busana kebesaran keraton — penuh wibawa, namun tetap sederhana dan teduh dalam setiap langkahnya.
Keraton Solo Bersiap untuk Prosesi Pemakaman
Suasana Duka Menyelimuti Keraton
Sejak kabar duka itu tersebar, Keraton Kasunanan Surakarta langsung mempersiapkan berbagai prosesi adat untuk menghormati kepergian sang raja. Beberapa abdi dalem terlihat sibuk menyiapkan segala keperluan pemakaman di area keraton.
Keluarga besar juga tengah mempersiapkan kepulangan jenazah dari rumah sakit ke Keraton Solo untuk kemudian dilakukan upacara adat pemakaman dengan penuh penghormatan.
Meski belum ada informasi resmi mengenai lokasi peristirahatan terakhir beliau, besar kemungkinan prosesi pemakaman akan dilakukan sesuai adat Kasunanan yang telah diwariskan secara turun-temurun.
Tradisi dan Prosesi Pemakaman Raja Jawa
Dalam tradisi Jawa, pemakaman seorang raja bukan sekadar proses perpisahan, melainkan ritual sakral yang menandai perjalanan spiritual seorang pemimpin menuju alam baka. Biasanya, prosesi diawali dengan upacara adat di dalam keraton, kemudian dilanjutkan dengan penghantaran jenazah menuju tempat peristirahatan terakhir.
Upacara ini akan diiringi doa dan kidung Jawa yang menggambarkan rasa hormat serta doa restu bagi sang raja. Prosesi tersebut juga menjadi bentuk penghargaan tertinggi dari rakyat kepada pemimpin yang telah mendedikasikan hidupnya untuk menjaga nilai-nilai budaya dan spiritual masyarakat Jawa.
Sosok Pakubuwono XIII di Mata Masyarakat
Penjaga Tradisi dan Kedamaian
Pakubuwono XIII dikenal luas sebagai tokoh yang berperan penting dalam menjaga kelestarian budaya Jawa di tengah modernisasi. Beliau sering menekankan pentingnya menjaga tata krama, kesopanan, dan nilai-nilai luhur yang menjadi identitas masyarakat Jawa.
Dalam berbagai kesempatan, sang raja kerap hadir di tengah masyarakat — baik dalam acara adat maupun kegiatan sosial — untuk memberikan nasihat penuh kebijaksanaan dan pesan moral kepada generasi muda.
Perjalanan Panjang Sebagai Raja Keraton Solo
Pakubuwono XIII naik tahta sebagai Raja Kasunanan Surakarta Hadiningrat setelah melalui berbagai dinamika internal keraton. Di bawah kepemimpinannya, keraton berupaya bangkit sebagai pusat budaya, spiritualitas, dan pendidikan tradisi Jawa.
Beliau juga dikenal tegas namun bijak dalam mengambil keputusan, serta berusaha menempatkan keraton sebagai ruang terbuka bagi masyarakat untuk belajar dan mengenal warisan leluhur.
Warisan dan Jejak Sejarah yang Ditinggalkan
Inspirasi untuk Generasi Muda
Kepergian Pakubuwono XIII meninggalkan jejak berharga bagi dunia budaya Jawa. Beliau menjadi simbol kesetiaan terhadap tradisi, kesederhanaan dalam kepemimpinan, dan keteguhan dalam menjaga martabat keraton.
Generasi muda kini diharapkan dapat meneruskan perjuangan beliau dalam menjaga budaya lokal agar tidak hilang ditelan zaman. Seperti yang sering beliau sampaikan, “Budaya adalah akar kehidupan, jika hilang, maka kita kehilangan jati diri.”
Penutup
Kepergian Pakubuwono XIII menjadi kehilangan besar bagi masyarakat Jawa dan Indonesia. Sosoknya akan selalu dikenang sebagai raja yang bijak, sederhana, dan penuh kasih terhadap rakyatnya.
Kini, masyarakat menantikan kabar lanjutan mengenai prosesi pemakaman dan penerus tahta Keraton Surakarta. Namun satu hal yang pasti — semangat dan nilai-nilai luhur yang beliau tanamkan akan terus hidup dalam hati rakyatnya.









