MataBerita — Tidak semua orang punya rencana matang untuk studi lanjut. Tapi kisah Rusydan membuktikan bahwa tekad dan tujuan yang jelas bisa membuka jalan besar. Lulusan S1 Sastra Indonesia ini kini sedang menempuh S2 di luar negeri lewat beasiswa prestisius LPDP, meski awalnya tak pernah terpikir untuk kuliah lagi.
Perjalanan akademiknya tidak linier—bahkan bisa dibilang penuh kejutan. Awalnya, Rusydan hanya ingin mengabdikan diri lewat berbagai kegiatan sosial. Namun siapa sangka, justru dari situlah benih ketertarikannya pada isu lingkungan tumbuh subur dan mengantarnya ke program Master of Environment, Culture, Society.
Kisahnya bukan hanya soal mendapatkan beasiswa, tapi juga tentang perubahan fokus hidup: dari sastra menjadi advokasi lingkungan. Lebih dari itu, ia juga bertekad memperkenalkan kampung halamannya ke panggung internasional melalui film dokumenter.
Tekad Kuliah S2 yang Tumbuh Setelah Lulus
Banyak mahasiswa punya rencana studi lanjut sejak awal kuliah. Namun berbeda dengan Muhammad Rusydan Mirwan Hadid—atau akrab disapa Rusydan—ia sama sekali tidak punya rencana untuk melanjutkan kuliah S2.
“Dari awal, saya tidak pernah terpikir untuk lanjut S2,” ujarnya jujur. Namun, semua berubah ketika ia aktif dalam pengabdian masyarakat. Dari pengalaman itu, ia menyaksikan langsung kondisi lingkungan di berbagai daerah, terutama di kawasan tertinggal.
Dorongan kuat untuk berbuat sesuatu membuatnya memberanikan diri mendaftar Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Ia percaya bahwa kunci utama untuk lolos beasiswa bukan semata prestasi akademik, tapi juga mengenali diri sendiri dan memiliki tujuan yang jelas.
Cinta terhadap Proses: Pesan untuk Mahasiswa S1
Dalam perjalanannya, Rusydan tidak hanya menekankan pentingnya visi hidup, tapi juga kecintaan terhadap proses. Ia berpesan kepada mahasiswa yang bercita-cita melanjutkan studi agar mencintai apa pun yang mereka lakukan.
“Kalau kita tekuni dengan sungguh-sungguh, jalan itu akan terbuka,” katanya. Menurutnya, kesungguhan dan tanggung jawab terhadap pilihan adalah kunci bertahan dalam perjalanan akademik dan beasiswa.
Ekokritik Jadi Titik Balik Perjalanan Akademik
Perubahan besar dalam hidup Rusydan bermula dari satu mata kuliah: Ekokritik. Saat menempuh studi Sastra Indonesia di Universitas Airlangga (UNAIR), ia belajar bagaimana karya sastra dapat menjadi media kepedulian terhadap lingkungan.
“Di Ekokritik, kami belajar bagaimana karya sastra bisa memunculkan nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan. Hal ini mendorong saya untuk lebih mendalami isu lingkungan secara lebih luas,” jelasnya.
Mata kuliah ini menjadi titik balik. Dari yang awalnya hanya mencintai sastra, Rusydan mulai menyadari bahwa literasi bisa menjadi alat kuat untuk advokasi lingkungan.
Pengabdian Masyarakat yang Mengubah Cara Pandang
Selain akademik, pengalaman organisasinya juga sangat berpengaruh. Saat menjabat sebagai Menteri Koordinator Kemasyarakatan di BEM UNAIR, ia banyak terjun ke daerah tertinggal di Indonesia Timur. Di sanalah ia menyaksikan berbagai persoalan nyata yang dihadapi masyarakat—dari akses air bersih, ketimpangan pendidikan, hingga kerusakan lingkungan.
Pengalaman inilah yang menguatkan tekadnya untuk memperdalam isu lingkungan dan memperjuangkannya lewat jalur akademik. Baginya, belajar di luar negeri bukan tujuan akhir, melainkan cara untuk kembali dan berbuat lebih untuk masyarakat Indonesia.
Kenjeran: Dari Kampung Halaman ke Panggung Dunia
Di tengah kesibukan studinya, Rusydan juga aktif dalam dunia aktivisme. Salah satu misinya adalah memperkenalkan kampung halamannya, Kenjeran, Surabaya ke dunia internasional.
Ia tengah mempersiapkan film dokumenter yang akan dipresentasikan pada 7 November 2025. Film ini merupakan refleksi perjalanan hidupnya sejak kecil di Kenjeran. “Berangkat dari Kenjeran, pulang pun juga untuk Kenjeran,” ucapnya penuh makna.
Lewat dokumenter ini, ia ingin dunia tahu bahwa Indonesia memiliki daerah dengan budaya dan kearifan lokal yang kuat. Kenjeran bukan sekadar tempat tinggal, tapi akar identitasnya.
Inspirasi Bagi Generasi Muda Indonesia
Kisah Rusydan bukan hanya tentang beasiswa LPDP, tapi juga tentang keberanian mengubah arah hidup, menemukan panggilan sejati, dan membangun dampak nyata. Ia membuktikan bahwa latar belakang studi tidak membatasi mimpi. Dari Sastra Indonesia, ia kini mendalami lingkungan dan budaya di kancah global.
Bagi mahasiswa atau anak muda yang tengah galau menentukan arah, perjalanan ini bisa menjadi pengingat: mimpi besar sering kali lahir dari hal sederhana—dari rasa peduli, pengalaman nyata, dan keberanian melangkah.
Penutup: Saat Mimpi Bertemu Aksi Nyata
Perjalanan Rusydan mengajarkan bahwa beasiswa bukan sekadar tentang prestise, tapi tentang niat kuat untuk memberi dampak. Dengan visi yang jelas, ia berhasil menembus kompetisi beasiswa bergengsi dan kini berdiri di panggung dunia untuk memperkenalkan kampung halamannya.
Jika kamu punya mimpi yang sama, jangan ragu untuk mulai dari langkah kecil. Kenali dirimu, cintai prosesnya, dan percayalah bahwa jalan akan terbuka ketika niatmu kuat.