Rapat Keraton Surakarta Mengukuhkan KGPH Hangabehi sebagai Calon Raja

MataBerita – Putra sulung SISKS Pakubuwana XIII, KGPH Hangabehi atau yang dikenal dengan nama Mangkubumi, resmi dinobatkan sebagai Pangeran Pati—penerus takhta Keraton Surakarta—pada Kamis (13/11). Penetapan tersebut diambil melalui

Redaksi

KGPH Hangabehi
KGPH Hangabehi

MataBerita – Putra sulung SISKS Pakubuwana XIII, KGPH Hangabehi atau yang dikenal dengan nama Mangkubumi, resmi dinobatkan sebagai Pangeran Pati—penerus takhta Keraton Surakarta—pada Kamis (13/11). Penetapan tersebut diambil melalui rapat internal keluarga besar Keraton Surakarta di Sasana Handrawina.

Penobatan ini menjadi momen penting bagi garis kepemimpinan Keraton Surakarta, namun juga menghadirkan dinamika baru di tengah keluarga besar dan Sentana Dalem.

Penetapan KGPH Hangabehi sebagai Penerus Takhta

Rapat penetapan Pangeran Pati dipimpin dan dihadiri perwakilan trah raja-raja Keraton Surakarta, Sentana Dalem, hingga paguyuban binaan keraton. Deretan adik-adik Pakubuwana XIII juga tampak hadir, termasuk KG Panembahan Agung Tedjowulan selaku raja ad interim, GRAy Moertiyah Wandansari (Gusti Moeng), dan GPH Suryo Wicaksono (Gusti Nenok).

Menurut Gusti Nenok, penobatan dilakukan secara resmi dalam forum internal tersebut.

“Pelantikan putranya Pakubuwana XIII, yaitu Gusti Mangkubumi, sebagai Pangeran Pati atau calon raja memang telah dilaksanakan,” ujar Nenok usai pertemuan.

Ketegangan Usai Penobatan

Situasi Memanas di Sasana Handrawina

Usai penobatan, suasana rapat sempat memanas ketika GKR Timoer Rumbay, kakak kandung KGPH Hangabehi, memasuki tempat acara dan menyampaikan penolakan atas proses penetapan.

“Mereka menyatakan bahwa acara ini tidak sesuai dengan komunikasi internal mereka,” jelas Gusti Nenok.

Sikap Kerabat dan Sentana Dalem

Keutuhan Kerabat Jadi Fokus Utama

GRAy Wandansari atau Gusti Moeng menegaskan bahwa rapat ini juga melibatkan abdi dalem yang masih loyal terhadap Keraton Surakarta. Ia menyebut pelestarian tradisi dan keutuhan keluarga besar menjadi prioritas.

“Yang penting adalah menjaga keutuhan Sentono Dalem dan kerabat semua. Kita menjaga kelestariannya sesuai kemampuan masing-masing,” ujarnya.

Peran Raja Ad Interim Masih Berlanjut

Gusti Moeng menambahkan bahwa struktur kepemimpinan sementara masih berada di bawah koordinasi Panembahan Agung Tedjowulan.

“Gusti Tedjo sebagai sesepuh. Segala keputusan tetap harus melibatkan beliau, terutama terkait koordinasi dengan pemerintah,” tutur Moeng.

Keraton Kembali Terbelah: Fenomena Raja Kembar Terulang?

Penobatan KGPH Hangabehi sebagai Pangeran Pati menambah babak baru konflik dualisme kepemimpinan Keraton Surakarta. Situasi ini mengingatkan pada peristiwa tahun 2004 ketika KGPH Hangabehi dan KGPH Tedjowulan sempat sama-sama mengklaim sebagai penerus Pakubuwana XII.

Baca Juga:  Ramalan Zodiak Hari Ini, Senin 13 Oktober 2025: Awal Pekan Penuh Introspeksi & Energi Baru

Kini, perpecahan kembali mencuat.

Kubu Pakubuwana XIV

Kubu KGPH Purbaya, yang mendeklarasikan diri sebagai SISKS Pakubuwana XIV, telah menyiapkan acara Jumeneng Dalem Nata Binayangkare pada Sabtu (15/11).

Kubu KGPH Hangabehi

Di sisi lain, kubu KGPH Hangabehi yang kini menyandang gelar Pangeran Pati juga menegaskan legitimasi sebagai calon penerus tahta.

Dampak dan Konteks Lebih Luas

Pengamat budaya Jawa menilai dualisme kepemimpinan yang terulang menandakan perlunya langkah rekonsiliasi menyeluruh. Menurut catatan para ahli budaya, konflik internal ini dapat memengaruhi fungsi sosial dan budaya Keraton Surakarta, mengingat keraton menjadi pusat adat, spiritual, dan tradisi masyarakat Jawa.

Pemerintah pusat sebelumnya juga menekankan pentingnya stabilitas keraton agar peran kebudayaan dapat berjalan optimal, terutama dalam pengelolaan aset budaya dan upacara tradisi.

Ikuti Kami di Google News

Related Post