Roy Suryo & dr Tifa Datangi Makam Keluarga Jokowi, Begini Respon Santai Gibran

Mataberita – Beberapa hari terakhir, media sosial dan publik Indonesia mendadak ramai membicarakan kabar Roy Suryo dan dr Tifa yang berziarah ke makam keluarga Presiden Joko Widodo. Ziarah ini bukan

admin

Mataberita – Beberapa hari terakhir, media sosial dan publik Indonesia mendadak ramai membicarakan kabar Roy Suryo dan dr Tifa yang berziarah ke makam keluarga Presiden Joko Widodo. Ziarah ini bukan ke sembarang tempat, melainkan ke makam kakek dan nenek Jokowi yang terletak di kawasan Selokaton, Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah.

Langkah keduanya langsung menyita perhatian publik. Maklum, selama ini Roy dan dr Tifa dikenal sebagai sosok yang cukup vokal mengkritik keluarga Jokowi. Jadi, ketika mereka datang ke makam keluarga, banyak orang langsung bertanya-tanya: “Ini beneran ziarah atau ada pesan politik di baliknya?”

Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka pun akhirnya buka suara. Dengan nada tenang, ia menyampaikan ucapan terima kasih atas perhatian dan doa yang diberikan Roy dan dr Tifa untuk almarhum kakek dan neneknya.

“Saya atas nama pribadi dan keluarga, mengucapkan terima kasih atas perhatian Pak Roy Suryo dan Ibu dr. Tifa yang sudah sengaja datang melakukan ziarah kubur dan mendoakan kakek nenek kami tercinta yang telah tiada,” kata Gibran melalui pesan singkat, Jumat (10/9/2025).

Makam Keluarga Jokowi Terbuka untuk Siapa Saja

Dalam pernyataannya, Gibran menegaskan bahwa makam keluarga Jokowi terbuka untuk siapa saja. Siapa pun boleh datang, berziarah, dan mendoakan almarhum kakek dan neneknya.

“Makam tersebut adalah makam keluarga, siapa pun boleh melakukan ziarah kubur dan mendoakan almarhum kakek dan almarhumah nenek kami,” lanjutnya.

Pernyataan ini cukup tegas dan elegan. Tanpa embel-embel politik, Gibran seolah ingin menyampaikan bahwa ziarah kubur adalah urusan kemanusiaan dan doa, bukan alat konflik politik. Bahkan, bagi sebagian masyarakat, sikap Gibran ini dianggap dewasa dan menyejukkan.

Roy Suryo dan dr Tifa: Pengkritik yang Kini Berziarah

Yang membuat ziarah ini makin jadi sorotan adalah siapa yang datang. Roy Suryo dan dr Tifa selama ini memang dikenal sebagai pengkritik keras Presiden Jokowi dan keluarganya.

Beberapa catatan publik tentang keduanya:

  • Roy Suryo pernah melaporkan dugaan ijazah palsu Jokowi ke pihak berwenang.

  • Ia juga menyoroti latar belakang pendidikan Gibran yang disebut-sebut tidak sesuai.

  • dr Tifa bahkan dalam kunjungan ziarah itu melontarkan tudingan sensitif bahwa almarhumah Sudjiatmi Notomihardjo bukan ibu kandung Jokowi.

Tentu saja pernyataan ini memicu perdebatan publik. Namun di sisi lain, fakta bahwa mereka tetap datang dan berdoa di makam keluarga Jokowi menjadi gestur yang mengejutkan banyak pihak.

Reaksi Publik: Antara Kaget, Nyinyir, dan Apresiasi

Begitu kabar ziarah ini muncul, warganet langsung “meledak”. Timeline X (Twitter), Instagram, dan TikTok dipenuhi tanggapan. Reaksi masyarakat pun beragam—dari yang positif sampai yang nyinyir.

Beberapa suara warganet:

  • “Wah… nggak nyangka Roy dan dr Tifa bakal ke makam keluarga Jokowi.”

  • “Ziarah sih bagus, tapi tudingannya itu lho…”

  • “Gibran responnya kalem banget, salut.”

Reaksi publik ini menunjukkan betapa besar pengaruh gestur kecil di dunia politik Indonesia. Satu langkah, satu kalimat, bisa bikin ramai satu negara.

Gibran Pilih Tetap Tenang, Fokus ke Hal Positif

Kalau banyak orang langsung panas melihat situasi kayak gini, Gibran justru tampil santai. Ia tidak melontarkan pernyataan emosional atau menyindir balik. Ia hanya berterima kasih dan menegaskan bahwa makam keluarga Jokowi terbuka untuk semua orang.

Sikap ini konsisten dengan gayanya selama ini—kalem, tak reaktif, dan fokus pada tugasnya sebagai pejabat publik. Dalam beberapa isu panas sebelumnya, termasuk tudingan ijazah palsu, Gibran juga tidak ikut “main api”.

Buat sebagian orang, gaya ini mencerminkan karakter Gibran sebagai pemimpin muda yang tidak mudah tersulut provokasi.

Ziarah dan Politik

Meski ziarah seharusnya murni urusan pribadi dan spiritual, di Indonesia—terutama jika menyangkut tokoh publik—batas antara ziarah dan politik sering kali kabur.

Banyak analis politik yang kemudian membaca langkah Roy dan dr Tifa ini sebagai:

  • Gestur simbolik, mungkin sebagai sinyal terbuka untuk komunikasi politik.

  • Upaya membangun narasi publik, terutama mengingat posisi mereka sebagai pengkritik keras.

  • Strategi pencitraan, entah disadari atau tidak.

Namun, di sisi lain, bisa jadi mereka memang hanya berziarah dan berdoa seperti orang biasa. Bagaimanapun, publik bebas menafsirkan sesuai sudut pandangnya.

Ikuti Kami di Google News

Related Post

Leave a Comment

Ads - Before Footer