Saham ADRO Melejit: UBS Naikkan Target Harga 49%, Prospek Cerah di Tengah Transformasi Hilirisasi

MataBerita – Dunia investasi kembali digemparkan dengan kabar besar dari sektor energi. Raksasa perbankan investasi asal Swiss, UBS Global Research, secara mengejutkan menaikkan target harga saham

admin

ADRO
ADRO

MataBerita – Dunia investasi kembali digemparkan dengan kabar besar dari sektor energi. Raksasa perbankan investasi asal Swiss, UBS Global Research, secara mengejutkan menaikkan target harga saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) hingga 49%. Kenaikan drastis ini bukan sekadar angka di atas kertas, melainkan sinyal kuat bahwa prospek jangka panjang Adaro mulai mendapat pengakuan global.

Selama ini, pasar cenderung meremehkan potensi besar yang dimiliki Adaro. Namun, UBS melihat arah transformasi perusahaan ini mulai jelas—dari pemain batu bara tradisional menuju entitas energi terintegrasi yang siap bersaing di era transisi energi. Bagi investor, ini adalah momentum penting yang bisa menentukan arah pergerakan saham ADRO ke depan.

Kabar ini langsung menjadi perbincangan hangat di kalangan pelaku pasar. Bukan hanya karena target harga yang fantastis, tapi juga karena UBS memasukkan ADRO ke dalam daftar eksklusif UBS APAC Key Call List, menandakan saham ini kini menjadi salah satu pilihan utama di sektor pertambangan Asia-Pasifik.

UBS Naikkan Target Harga ADRO Jadi Rp3.300

UBS Global Research dalam riset terbarunya yang dirilis pada 28 Oktober 2025 menetapkan target harga baru untuk ADRO di level Rp3.300 per saham, naik tajam dari target sebelumnya di Rp2.220. Kenaikan hampir 50% ini mencerminkan keyakinan UBS bahwa pasar selama ini masih undervalue terhadap potensi riil Adaro.

Menurut UBS, proyeksi laba per saham (Earnings Per Share/EPS) Adaro akan tumbuh kuat dengan Compound Annual Growth Rate (CAGR) mencapai 27% untuk periode 2025–2028. Angka ini menunjukkan ekspektasi pertumbuhan yang solid di tengah kondisi industri batu bara global yang tengah berubah.

Tiga Pilar Fundamental yang Jadi Andalan ADRO

UBS menilai optimisme terhadap saham ADRO bukan tanpa alasan. Ada tiga pilar utama yang menjadi fondasi kuat prospek jangka panjang Adaro.

1. Arus Kas yang Kuat

Bisnis batu bara masih menjadi tulang punggung pendapatan Adaro. Meski tren global mulai beralih ke energi bersih, Adaro berhasil menjaga arus kas tetap masif dan stabil. Pendapatan dari segmen batu bara ini nantinya akan menjadi bahan bakar utama dalam mendukung proyek hilirisasi dan ekspansi energi baru.

2. Imbal Hasil Konsisten

UBS juga menyoroti konsistensi Adaro dalam membagikan dividen dan melakukan buyback saham. Dengan payout ratio stabil di kisaran 40%, perusahaan menunjukkan komitmen tinggi terhadap kesejahteraan pemegang sahamnya.

3. Valuasi yang Masih Murah

Dari sisi valuasi, Adaro dinilai masih tergolong murah dibandingkan emiten energi regional lainnya. Rasio Price to Book Value (P/BV) hanya 0,7x dan EV/EBITDA sebesar 2,9x untuk estimasi tahun fiskal 2025. Dengan valuasi serendah itu, potensi kenaikan harga saham masih sangat terbuka lebar.

Transformasi Hilirisasi Jadi Game Changer

Proyek Smelter Aluminium di Kalimantan Utara

Salah satu faktor yang membuat UBS begitu yakin terhadap Adaro adalah proyek smelter aluminium di Kalimantan Utara. Proyek ini bukan hanya sekadar investasi besar, tapi simbol transformasi Adaro dari eksportir batu bara mentah menjadi perusahaan energi dan material strategis terintegrasi.

Dengan langkah ini, Adaro tidak lagi bergantung sepenuhnya pada ekspor batu bara, melainkan mulai mengembangkan lini bisnis bernilai tambah tinggi yang berorientasi pada keberlanjutan dan ketahanan energi nasional.

Ekspansi Energi Bersih Melalui Solar Farm

Selain hilirisasi, Adaro juga melakukan ekspansi ke sektor energi bersih, salah satunya melalui pembangunan solar farm. Langkah ini mempertegas posisi perusahaan dalam mendukung agenda global dekarbonisasi. UBS menilai strategi diversifikasi ini sebagai pondasi penting untuk pertumbuhan jangka panjang yang lebih stabil.

Respons Pasar: Euforia Beli Dorong Saham ADRO Terbang

Kabar dari UBS langsung memicu euforia di bursa. Pada perdagangan Rabu, 29 Oktober 2025, saham ADRO melonjak 7,28% ke level Rp1.915 per saham, setelah sempat dibuka di Rp1.785. Nilai transaksi mencapai Rp505 miliar dari volume 2,71 juta lot—salah satu yang tertinggi dalam dua pekan terakhir.

Lonjakan ini juga disertai gap up lebar di awal sesi, menandakan minat beli yang luar biasa dari investor. Dari sisi teknikal, pergerakan ini mengonfirmasi bahwa ADRO kini mulai keluar dari fase sideways panjang di bawah Rp1.800 dan berpotensi memasuki tren bullish baru. Level Rp1.750 kini menjadi support kuat yang menahan penurunan harga.

Jika tekanan beli berlanjut dan harga mampu menembus area Rp1.950–Rp2.000, saham ADRO berpotensi menguji resistance berikutnya di kisaran Rp2.200. Dalam jangka menengah, target ambisius UBS di Rp3.300 kini bukan sekadar angan-angan, melainkan proyeksi yang semakin realistis.

Investor Mulai Melirik Lagi Saham ADRO

Lonjakan aktivitas transaksi hingga tiga kali lipat dari rata-rata harian menandakan masuknya minat baru, baik dari investor institusional maupun ritel. Bagi investor yang selama ini menunggu momentum, validasi dari lembaga sekelas UBS tentu menjadi sinyal kuat bahwa ADRO kini kembali menjadi top pick di sektor energi.

Banyak analis menilai, momentum ini bisa menjadi awal kebangkitan saham-saham berbasis komoditas di tengah tren transisi energi global. Adaro kini bukan hanya simbol kekuatan batu bara Indonesia, tetapi juga contoh nyata perusahaan yang berhasil menavigasi perubahan dengan strategi cerdas dan berani.

Kesimpulan: Momentum Baru untuk Saham ADRO

UBS berhasil membuka kembali mata investor terhadap potensi besar yang tersimpan di balik transformasi Adaro. Kombinasi proyek hilirisasi, ekspansi energi bersih, dan fundamental kuat menjadikan ADRO bukan sekadar saham batu bara biasa, tetapi calon pemain besar di sektor energi masa depan.

Bagi investor jangka menengah hingga panjang, saham ADRO kini patut masuk dalam radar utama. Namun, seperti biasa, keputusan investasi tetap harus disesuaikan dengan profil risiko masing-masing.

Disclaimer: Artikel ini bersifat informatif dan bukan ajakan untuk membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya menjadi tanggung jawab pembaca.

Ikuti Kami di Google News

Related Post