Saham BBCA Melonjak Tajam: Laba Kuartal III Naik dan Buyback Jadi Katalis Penguat

MataBerita – Harga saham BBCA kembali mencuri perhatian pelaku pasar. Dalam dua hari berturut-turut, pergerakannya mencatat lonjakan signifikan dan menjadi salah satu saham paling aktif diperbincangkan.

admin

saham BBCA
saham BBCA

MataBerita – Harga saham BBCA kembali mencuri perhatian pelaku pasar. Dalam dua hari berturut-turut, pergerakannya mencatat lonjakan signifikan dan menjadi salah satu saham paling aktif diperbincangkan. Sentimen positif ini datang usai pengumuman kinerja keuangan kuartal ketiga dan rencana strategis perusahaan untuk melakukan buyback saham.

Lonjakan harga ini bukan hanya sekadar angka di papan perdagangan. Ia menjadi sinyal kuat bagi investor bahwa fundamental perusahaan masih solid, bahkan di tengah fluktuasi pasar yang cukup tinggi beberapa minggu terakhir. Tak heran, banyak investor ritel maupun institusi mulai kembali melirik BBCA sebagai pilihan menarik untuk investasi jangka menengah hingga panjang.

Menariknya lagi, momentum kenaikan ini terjadi setelah saham sempat berada dalam tren melemah. Kini, dengan dukungan kinerja keuangan yang positif dan strategi perusahaan yang jelas, saham BBCA perlahan kembali ke jalur hijau.

Harga Saham BBCA Melejit Usai Rilis Laporan Keuangan

Berdasarkan data perdagangan Bursa Efek Indonesia pada Selasa pagi pukul 09.10 WIB, harga BBCA melesat 4,13% atau setara 325 poin ke level Rp 8.200 per lembar. Angka ini menjadi posisi tertinggi dalam satu bulan terakhir, menunjukkan adanya dorongan beli yang cukup kuat dari pasar.

Sehari sebelumnya, saham BBCA juga sempat melonjak 5% atau 375 poin. Kenaikan beruntun ini menjadi sinyal bahwa tekanan jual yang sempat membayangi beberapa minggu terakhir mulai mereda. Investor tampak mulai kembali masuk setelah melihat fundamental yang masih kuat.

Padahal, pada 14 Oktober lalu saham BBCA sempat menyentuh level terendah dalam tiga tahun terakhir di Rp 7.250. Adapun level tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) BBCA berada di Rp 10.950 yang dicapai pada 23 September 2024.

Kinerja Kuartal III: Laba Bersih BBCA Tumbuh Positif

Salah satu pendorong utama kenaikan harga saham adalah laporan keuangan yang solid. Hingga kuartal ketiga tahun 2025, PT Bank Central Asia Tbk mencatat laba bersih sebesar Rp 43,4 triliun, naik 5,7% dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 41,07 triliun.

Pertumbuhan ini didukung oleh penyaluran kredit yang naik 7,6% secara tahunan menjadi Rp 944 triliun. Meski tumbuh sedikit lebih lambat dibandingkan kuartal II 2025 — ketika laba tumbuh 8% dan kredit naik 12,9% — pencapaian ini tetap mencerminkan daya tahan perusahaan di tengah kondisi ekonomi yang dinamis.

“Terjaganya penyaluran kredit BCA di berbagai segmen dan sektor hingga September 2025 mencerminkan komitmen kami untuk memperluas akses pembiayaan, termasuk kepada pelaku UMKM,” ujar Presiden Direktur BCA Hendra Lembong dalam paparan publik virtual, Senin (20/10).

Pertumbuhan Kredit per Segmen

  • Kredit korporasi tumbuh 10,4% menjadi Rp 436,9 triliun

  • Kredit komersial naik 5,7% menjadi Rp 142,9 triliun

  • Kredit UMKM tumbuh 7,7% menjadi Rp 129,3 triliun

Pertumbuhan di segmen kredit UMKM ini menjadi sorotan tersendiri, mengingat sektor ini merupakan tulang punggung ekonomi Indonesia. Strategi BCA untuk memperluas akses pembiayaan ke pelaku usaha kecil dan menengah dinilai sebagai langkah cerdas yang berpotensi memperkuat basis nasabah jangka panjang.

Buyback Saham Jadi Katalis Kenaikan Harga

Selain kinerja keuangan, sentimen positif juga datang dari pengumuman rencana pembelian kembali saham (buyback) senilai hingga Rp 5 triliun. Langkah ini dilakukan sebagai upaya menjaga stabilitas harga saham sekaligus memberikan sinyal kepercayaan diri perusahaan terhadap prospek bisnis ke depan.

Menurut EVP Corporate Communication & Social Responsibility BCA, Hera F. Haryn, periode buyback akan berlangsung mulai 22 Oktober 2025 hingga 19 Januari 2026. Perusahaan memastikan prosesnya akan mengikuti seluruh ketentuan dan regulasi pasar modal.

“Kecuali ada percepatan, seluruh proses buyback tentu akan disesuaikan dengan regulasi industri,” ujar Hera dalam Public Expose kinerja kuartal ketiga 2025.

Dengan buyback, jumlah saham beredar diperkirakan tetap terjaga, karena perusahaan memastikan tidak akan melebihi 20% dari modal disetor. Sementara itu, free float tidak akan berkurang menjadi kurang dari 7,5% setelah aksi korporasi ini dilakukan.

Potensi Dividen Interim Menambah Daya Tarik Investor

Tak hanya buyback, perusahaan juga memberi sinyal akan membagikan dividen interim pada Desember mendatang. Dalam beberapa tahun terakhir, pembagian dividen interim telah menjadi tradisi BCA menjelang akhir tahun.

Direktur Keuangan BCA, Vera Eve Lim, mengungkapkan bahwa pada tahun buku 2024, rasio pembayaran dividen BCA mencapai 68% — level yang terbilang tinggi untuk industri perbankan nasional. Angka ini menjadi daya tarik tambahan bagi investor yang mengincar imbal hasil dari dividen, bukan hanya dari capital gain.

Apa Artinya untuk Investor?

Kombinasi dari kinerja keuangan yang solid, rencana buyback saham, serta potensi pembagian dividen menjadikan saham BBCA kembali bersinar di mata pelaku pasar. Dalam konteks makroekonomi yang penuh ketidakpastian, saham emiten perbankan besar seperti BBCA sering dipandang sebagai “pelabuhan aman” oleh investor.

Jika tren ini berlanjut, bukan tidak mungkin harga saham BBCA akan mencoba menembus kembali level psikologis Rp 9.000 dan mendekati ATH di akhir tahun.

Kesimpulan

Kenaikan harga saham BBCA bukan hanya efek jangka pendek dari laporan kuartalan. Ini adalah refleksi dari kepercayaan pasar terhadap fundamental dan strategi bisnis perusahaan. Dengan rencana buyback dan dividen interim, BBCA memberi sinyal kuat bahwa mereka siap menjaga momentum positif hingga akhir tahun.

Bagi investor, momentum ini bisa menjadi kesempatan emas untuk memperkuat portofolio, tentunya dengan perhitungan risiko yang matang.

Ikuti Kami di Google News

Related Post

Leave a Comment