Saham BUMI Anjlok 6,52% ke Rp 344, Investor Asing Ramai-ramai Lepas Saham

MataBerita – Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mengalami tekanan cukup dalam pada perdagangan Senin (15/12/2025). Setelah mencatat reli tajam dalam beberapa pekan terakhir, saham emiten batu bara

Redaksi

Saham BUMI Anjlok
Saham BUMI Anjlok

MataBerita – Saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mengalami tekanan cukup dalam pada perdagangan Senin (15/12/2025). Setelah mencatat reli tajam dalam beberapa pekan terakhir, saham emiten batu bara milik Grup Bakrie dan Salim ini anjlok 6,52% ke level Rp 344 per saham.

Koreksi harga saham BUMI terjadi di tengah aktivitas perdagangan yang sangat padat, mencerminkan tingginya minat sekaligus aksi ambil untung (profit taking) dari pelaku pasar. Pergerakan ini sekaligus memutus tren positif saham BUMI yang sebelumnya konsisten ditutup di zona hijau.

Penurunan saham BUMI menjadi perhatian investor karena terjadi setelah lonjakan harga signifikan sepanjang tahun berjalan. Situasi ini memunculkan pertanyaan: apakah koreksi ini masih wajar secara teknikal, atau justru menjadi sinyal perubahan tren?

Saham BUMI Ditekan Jualan Asing, Transaksi Tembus Rp 5,12 Triliun

Pada perdagangan kemarin, sebanyak 13,79 miliar saham BUMI berpindah tangan dengan frekuensi transaksi mencapai 405.089 kali. Nilai transaksi tercatat fantastis, yakni Rp 5,12 triliun, menjadikan BUMI sebagai salah satu saham paling aktif di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Data perdagangan menunjukkan bahwa saham BUMI banyak dilepas investor asing, meski secara akumulasi masih tercatat net buy asing sebesar Rp 621,75 miliar. Kondisi ini mengindikasikan adanya tarik-menarik kepentingan antara investor jangka pendek yang merealisasikan keuntungan dan investor yang masih melihat potensi lanjutan.

Baca Juga:  Harga Emas Antam di Pegadaian Hari Ini 13 November 2025 Tembus Rp2.6 Juta Per Gram

Besarnya nilai transaksi saham BUMI bahkan disebut menyumbang sekitar 25–30% dari total nilai transaksi harian BEI, sebuah angka yang jarang terjadi dan menegaskan status BUMI sebagai saham yang sedang menjadi pusat perhatian pasar.

Berbalik Arah Setelah Reli Panjang

Secara historis, tekanan yang dialami saham BUMI saat ini terjadi setelah reli tajam. Dalam sepekan sebelumnya, saham ini melonjak hingga 54,6% dan sempat ditutup di level Rp 368, posisi tertinggi sejak tahun 2018.

Sepanjang tahun berjalan, performa saham BUMI juga tergolong luar biasa. Kenaikan lebih dari 200% sejak awal tahun mencerminkan optimisme pasar terhadap kinerja sektor batu bara dan prospek perusahaan ke depan.

Namun, lonjakan tajam dalam waktu singkat kerap diikuti fase koreksi. Dalam konteks ini, pelemahan saham BUMI dinilai sebagian analis sebagai koreksi sehat setelah kenaikan agresif, bukan serta-merta perubahan tren jangka panjang.

Analisis Teknikal: BUMI Tembus Level Krusial

Pivot Point dan Area Support

Dalam analisis teknikal yang dirilis Kiwoom Sekuritas, saham BUMI disebut memiliki pivot point di level 367. Pada perdagangan sebelumnya, saham ini sempat melonjak hingga Rp 400, namun gagal bertahan dan akhirnya turun menembus level krusial tersebut.

BUMI juga telah melampaui support pertama di level 352, yang kini berubah menjadi area resistance terdekat. Saat ini, pergerakan harga mendekati support kedua di kisaran 339.

Jika tekanan jual berlanjut dan support tersebut tidak mampu bertahan, pelaku pasar akan mencermati potensi penurunan lanjutan dalam jangka pendek.

Area Resistance yang Perlu Dicermati

Sebaliknya, apabila saham BUMI mampu berbalik arah dan kembali menguat, analis teknikal menilai terdapat beberapa area resistance penting, antara lain:

  • Resistance pertama: 380

  • Resistance kedua: 395

Baca Juga:  Harga Emas Batangan Hari Ini Jumat 24 Oktober 2025 Antam, UBS, Galeri24 Turun Tipis

Level-level ini akan menjadi tantangan berat bagi saham BUMI jika ingin kembali ke tren penguatan dalam waktu dekat.

Pandangan BRI Danareksa Sekuritas soal Saham BUMI

Sebelumnya, BRI Danareksa Sekuritas (BRIDS) juga sempat menyoroti pergerakan saham BUMI yang dinilai sangat agresif. Dalam kajiannya, BRIDS menyebutkan bahwa secara teknikal, saham BUMI masih memiliki support di area 322–334.

“Secara teknikal, saham BUMI masih memiliki ruang konsolidasi dengan potensi penguatan menuju resistance di kisaran 378–396, selama support utama mampu dipertahankan,” tulis BRIDS dalam analisisnya.

Pandangan ini menegaskan bahwa meski saham BUMI sedang terkoreksi, secara struktur teknikal jangka menengah masih terdapat peluang lanjutan, terutama jika sentimen sektor batu bara tetap positif.

Dampak bagi Investor dan Strategi yang Bisa Dipertimbangkan

Bagi investor ritel, volatilitas tinggi pada saham BUMI menjadi pengingat pentingnya manajemen risiko. Saham dengan kenaikan tajam biasanya memiliki risiko koreksi yang sama besarnya.

Investor jangka pendek cenderung memanfaatkan momentum untuk trading dengan memperhatikan level support dan resistance. Sementara itu, investor jangka menengah dan panjang umumnya akan menunggu konfirmasi apakah koreksi ini hanya bersifat sementara atau menjadi awal konsolidasi yang lebih panjang.

Selain faktor teknikal, pelaku pasar juga disarankan mencermati kinerja fundamental perusahaan, arah harga batu bara global, serta kebijakan terkait sektor energi dan pertambangan yang dapat memengaruhi kinerja BUMI ke depan.

Kesimpulan

Pelemahan saham BUMI sebesar 6,52% ke level Rp 344 terjadi di tengah aktivitas perdagangan yang sangat besar dan aksi jual investor asing. Meski terlihat tajam, koreksi ini muncul setelah reli panjang dan secara teknikal masih berada dalam fase yang wajar.

Dengan support penting di area 322–339 dan resistance di kisaran 378–396, arah pergerakan saham BUMI selanjutnya akan sangat ditentukan oleh respons pasar di level-level krusial tersebut.

Ikuti Kami di Google News

Related Post