MataBerita – Pergerakan saham BUMI kembali mencuri perhatian pelaku pasar jelang pertengahan Desember 2025. Emiten tambang batu bara raksasa ini menutup perdagangan di zona hijau, melanjutkan reli harga yang sudah berlangsung dalam beberapa pekan terakhir. Kenaikan tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan ditopang kombinasi faktor teknikal, sentimen pasar, serta dinamika aksi korporasi pemegang saham besar.
Di tengah fluktuasi pasar global dan dinamika Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) justru menunjukkan daya tahan yang solid. Tak heran jika saham ini kembali menjadi perbincangan di kalangan trader harian hingga investor ritel yang kerap mengikuti rekomendasi dewa saham.
Lantas, apa yang sebenarnya mendorong penguatan saham BUMI? Apakah tren naik ini masih berpeluang berlanjut, atau justru sudah mendekati fase jenuh? Berikut ulasan lengkapnya.
Saham BUMI Ditutup Menguat, Volume Perdagangan Tetap Ramai
Pada perdagangan saham Jumat, 12 Desember 2025, harga saham BUMI ditutup menguat 2,22% ke level Rp 368 per saham. Mengacu data RTI, saham ini dibuka di posisi Rp 364 sebelum bergerak fluktuatif sepanjang sesi perdagangan.
Secara intraday, saham BUMI sempat menyentuh level tertinggi Rp 382 dan terendah Rp 354. Rentang pergerakan yang lebar ini mencerminkan tingginya minat transaksi serta aksi akumulasi dari pelaku pasar.
Frekuensi perdagangan tercatat mencapai 286.047 kali dengan volume 102,68 juta saham. Nilai transaksi harian menembus Rp 3,8 triliun dan kapitalisasi pasar BUMI kini berada di kisaran Rp 136,65 triliun, menjadikannya salah satu saham paling aktif di Bursa Efek Indonesia.
Kinerja Saham BUMI Meroket Secara Bulanan dan Year to Date
Jika dilihat dalam horizon waktu lebih panjang, performa saham BUMI tergolong sangat agresif. Berdasarkan data Google Finance, harga saham BUMI melesat sekitar 53,33% dalam satu bulan terakhir.
Sementara secara year to date (YTD), kenaikan saham BUMI tercatat mencapai 199,19%. Lonjakan ini menempatkan BUMI sebagai salah satu saham tambang dengan performa terbaik sepanjang 2025 dan kerap masuk radar strategi trading ala dewa saham.
Analisis Teknikal: Tren Naik Masih Bertahan, Sinyal Waspada Mulai Muncul
Dari sisi teknikal, tren penguatan saham BUMI dinilai masih solid. Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menyebut pergerakan BUMI masih berada dalam fase uptrend dan didukung volume beli yang dominan.
MACD masih berada di area positif yang menandakan momentum kenaikan belum sepenuhnya hilang. Namun demikian, indikator Stochastic mulai menyempit di area overbought, yang mengindikasikan potensi koreksi jangka pendek tetap perlu diantisipasi, khususnya oleh trader harian.
IHSG Menguat, Sentimen Pasar Domestik Tetap Kondusif
Penguatan saham BUMI juga terjadi seiring dengan kinerja positif IHSG. Pada perdagangan yang sama, IHSG ditutup naik 0,46% ke level 8.660,49. Indeks LQ45 turut menguat 0,15% ke posisi 848,36.
IHSG bergerak di kisaran 8.585,42 hingga 8.680,04 dengan total volume transaksi 52,2 miliar saham dan nilai transaksi sekitar Rp 30 triliun. Kondisi ini mencerminkan minat investor yang masih terjaga menjelang akhir tahun.
UBS Lepas 769 Juta Saham BUMI, Ini Penjelasan Resminya
Di tengah reli harga saham, UBS Group AG melaporkan perubahan kepemilikan sahamnya di PT Bumi Resources Tbk. Berdasarkan keterbukaan informasi BEI, UBS menurunkan kepemilikan dari 26,38 miliar saham atau 7,11% menjadi 25,61 miliar saham atau 6,90%.
Penurunan tersebut terjadi setelah UBS melepas sekitar 769,45 juta saham pada transaksi 20 November 2025 dengan harga Rp 228,994 per saham. Perwakilan UBS, Dominic Eichrodt dan Ruby Ko, menjelaskan bahwa aksi ini dilakukan untuk kebutuhan lindung nilai derivatif klien.
UBS menegaskan bahwa kepemilikan saham BUMI dilakukan melalui berbagai entitas dan cabang internasional, termasuk UBS AG London Branch serta unit wealth management di Singapura, Hong Kong, dan Swiss.
UBS Pernah Tambah Kepemilikan Saham BUMI
Menariknya, UBS sebelumnya tercatat menambah kepemilikan saham BUMI pada pertengahan November 2025. Hal ini menunjukkan bahwa aksi jual sebagian saham lebih bersifat teknis dan tidak mencerminkan perubahan pandangan negatif terhadap fundamental perusahaan.
Bagi pelaku pasar, kondisi ini justru dipandang netral hingga positif karena saham BUMI tetap mampu bertahan dan melanjutkan tren naik setelah aksi korporasi tersebut.
Anak Usaha Grup BUMI Kantongi Pinjaman USD 625 Juta
Sentimen positif terhadap grup BUMI turut diperkuat oleh langkah strategis PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dan anak usahanya PT Citra Palu Minerals (CPM). Keduanya menandatangani fasilitas pinjaman jangka panjang senilai USD 625 juta dari sindikasi perbankan.
Pinjaman tersebut berasal dari Bangkok Bank, Bank Permata, Bank Mega, dan BCA. Dana akan digunakan untuk pengembangan tambang emas, peningkatan kapasitas produksi, serta aktivitas eksplorasi mineral di berbagai wilayah Indonesia.
Chief Financial Officer BRMS, Charles Gobel, menyebut fasilitas pinjaman ini memiliki tenor enam tahun dan akan jatuh tempo pada 31 Desember 2031.
Prospek Jangka Menengah Saham BUMI
Chief Executive Officer BRMS, Agus Projosasmito, menyatakan bahwa ekspansi ini akan mendorong peningkatan produksi emas mulai kuartal IV 2026 dan berlanjut signifikan pada 2027. Prospek tersebut dinilai turut memberikan sentimen positif terhadap saham BUMI sebagai induk grup.
Namun demikian, investor tetap disarankan mencermati volatilitas harga dan kondisi teknikal, terutama bagi mereka yang masuk di harga tinggi.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, saham BUMI masih berada dalam tren naik yang kuat dengan dukungan teknikal, likuiditas tinggi, serta sentimen positif dari aksi korporasi. Meski potensi koreksi jangka pendek tetap ada, saham ini masih menarik bagi investor yang memahami risikonya.
Bagi pengikut strategi dewa saham, pengelolaan risiko dan disiplin dalam menentukan titik masuk serta keluar tetap menjadi kunci utama.








