MataBerita — Dua dekade lebih setelah dunia porak poranda akibat virus mematikan, kisah kelam itu kini bangkit lagi lewat film terbaru “28 Years Later.” Ini bukan sekadar film horor biasa. Cerita yang dibangun kali ini menyuguhkan ketegangan psikologis, drama kemanusiaan, dan gambaran suram tentang bagaimana dunia berubah setelah kehancuran besar.
Film ini menjadi kelanjutan dari 28 Days Later (2002) dan 28 Weeks Later (2007) — dua film legendaris yang mengangkat kisah penyebaran virus Rage di Inggris. Kini, setelah hampir tiga dekade berlalu, teror itu belum benar-benar berakhir. Dunia yang hancur bukan lagi dipenuhi kepanikan seperti dulu, melainkan kesunyian, keterasingan, dan sisa-sisa peradaban yang bertahan seadanya.
Sutradara Danny Boyle dan penulis Alex Garland kembali berkolaborasi untuk menghidupkan kisah ini. Menariknya, sekuel ini akan menjadi pembuka dari trilogi horor post-apokaliptik terbaru. Bahkan, proyek berikutnya telah diumumkan dengan judul 28 Years Later: The Bone Temple, yang akan digarap oleh Nia DaCosta.
Trilogi Baru, Dunia Lama yang Telah Runtuh
Film pertama dan kedua dalam seri ini memperlihatkan kepanikan awal dan masa transisi setelah wabah melanda. Tapi kali ini, 28 Years Later mengajak penonton menelusuri dampak jangka panjang dari virus Rage — sebuah virus yang tak hanya menghancurkan tubuh, tapi juga peradaban manusia.
Kisahnya berpusat pada seorang anak laki-laki yang tinggal di sebuah pulau terpencil, satu dari sedikit tempat yang masih dianggap aman. Ketika ibunya jatuh sakit, ia nekat meninggalkan zona aman itu untuk mencari dokter di daratan utama Inggris. Tindakan ini menjadi awal dari petualangan berbahaya yang akan mengguncang hidupnya.
Dunia Setelah Rage: Sunyi, Ganas, dan Tak Lagi Sama
Pulau tempat para penyintas hidup kini menjadi simbol harapan kecil di tengah dunia yang telah hancur. Tidak ada listrik, tidak ada kemewahan, dan semua berjalan dengan aturan ketat demi bertahan hidup. Namun, di luar pulau itu, daratan Inggris berubah menjadi wilayah liar— reruntuhan kota yang dipenuhi bahaya.
Di tempat ini, ancaman bukan hanya datang dari para terinfeksi, tapi juga dari manusia yang kehilangan sisi kemanusiaannya. Mereka hidup dengan cara-cara kejam, saling menjatuhkan demi bertahan. Perjalanan sang anak pun bukan hanya tentang menyelamatkan ibunya, tapi juga tentang menghadapi dunia yang telah kehilangan nurani.
Visual yang Lebih Realistis dengan Teknologi Modern
Uniknya, sebagian besar adegan film ini direkam menggunakan iPhone 15 Pro Max. Teknik ini menciptakan tampilan visual yang lebih mentah, intens, dan imersif, membuat penonton seolah benar-benar berada di tengah dunia yang runtuh.
Hal ini juga menjadi ciri khas baru dalam film trilogi ini — lebih personal, lebih dekat dengan emosi karakter, dan memberikan pengalaman menonton yang menegangkan dari awal hingga akhir.
Deretan Pemeran Bintang
Film ini diperkuat oleh jajaran aktor dan aktris ternama yang siap membawa emosi dan ketegangan ke layar lebar. Meski Cillian Murphy — pemeran utama film pertama — tak muncul di film ini, ia tetap terlibat sebagai produser eksekutif, dan produser Andrew Macdonald memberi sinyal bahwa Murphy mungkin akan muncul di film selanjutnya dalam trilogi ini.
Berikut daftar pemain lengkapnya:
-
Jack O’Connell sebagai Sir Jimmy Crystal
-
Aaron Taylor-Johnson sebagai Jamie
-
Ralph Fiennes sebagai Dr. Kelson
-
Jodie Comer sebagai Isla
-
Erin Kellyman sebagai Jimmy Ink
-
Alfie Williams sebagai Spike
-
Edvin Ryding sebagai E. Sundqvist
-
Christopher Fulford sebagai Sam
-
Joe Blakemore sebagai Dave
-
Gordon Alexander sebagai Jonno
-
Angus Neill sebagai Emaciated Infected
-
Maura Bird sebagai Jimmy Jones
-
Ghazi Al Ruffai sebagai Jimmy Snake
-
Geoffrey Austin Newland sebagai Anthony
Sinopsis 28 Years Later: Perjalanan Melawan Harapan
Film ini membawa penonton ke dunia yang sunyi, dingin, dan kejam. Dalam perjalanan menyelamatkan ibunya, sang tokoh utama harus menghadapi bahaya yang datang dari segala arah. Setiap langkahnya adalah pertaruhan hidup dan mati.
Virus Rage yang semula dianggap sudah padam ternyata masih menyebar diam-diam, mengancam apa pun yang tersisa. Lebih parah lagi, ketakutan dan trauma panjang membuat manusia saling curiga, saling menyerang, dan kehilangan harapan akan masa depan.
Inilah kekuatan terbesar film ini — bukan hanya menakuti lewat adegan-adegan intens, tapi juga menggali sisi kelam kemanusiaan setelah dunia runtuh.
Jadwal Tayang dan Ekspektasi Penonton
Film ini dijadwalkan tayang serentak di bioskop pada 20 Juni 2025. Sebagai pembuka dari trilogi baru, ekspektasi publik sangat tinggi. Banyak penggemar film horor post-apokaliptik menantikan bagaimana kisah ini berkembang, terutama dengan gaya sinematik yang lebih modern dan alur cerita yang matang.
Jika dua film sebelumnya sukses membangun ketegangan melalui atmosfer dan cerita yang kuat, maka 28 Years Later berpotensi menjadi salah satu film horor besar tahun 2025.
Penutup: Kembalinya Dunia Rage
“28 Years Later” bukan sekadar lanjutan kisah wabah zombie. Film ini adalah refleksi mendalam tentang kehancuran, trauma, dan ketahanan manusia. Lewat konflik batin dan dunia yang tak lagi sama, penonton diajak merenungkan arti bertahan hidup di tengah kehancuran total.
Jadi, jika kamu pencinta film bertema post-apokaliptik dan ketegangan psikologis, film ini jelas tidak boleh kamu lewatkan.