The Fed Pangkas Suku Bunga Lagi, Tapi Powell Justru Bikin Pasar Panik!

MataBerita – Langkah terbaru Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) kembali jadi sorotan dunia. Setelah memutuskan memangkas suku bunga acuan untuk kedua kalinya secara

admin

The Fed

MataBerita – Langkah terbaru Bank Sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve/The Fed) kembali jadi sorotan dunia. Setelah memutuskan memangkas suku bunga acuan untuk kedua kalinya secara beruntun, pasar keuangan justru bergejolak. Bukan karena keputusannya, tapi karena pernyataan sang ketua, Jerome Powell, yang membuat banyak investor menahan napas.

Bagi sebagian pelaku pasar, pemangkasan suku bunga ini seharusnya jadi angin segar bagi ekonomi global yang tengah melambat. Namun, pernyataan Powell yang cenderung hati-hati membuat optimisme itu seolah terhenti di tengah jalan. Banyak yang mulai mempertanyakan, apakah The Fed benar-benar siap untuk melanjutkan tren pemangkasan suku bunga di akhir tahun ini?

Kondisi ini menimbulkan tanda tanya besar: apakah langkah The Fed kali ini cukup untuk menjaga stabilitas ekonomi, atau justru membuka babak baru ketidakpastian di pasar keuangan global?

The Fed Resmi Pangkas Suku Bunga Lagi

Melalui hasil voting 10 banding 2, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) resmi menurunkan suku bunga acuan menjadi kisaran 3,75% hingga 4%. Keputusan ini sekaligus menjadi pemangkasan kedua secara beruntun dalam beberapa bulan terakhir.

Tak hanya itu, The Fed juga mengumumkan akan mengakhiri program pengurangan aset (quantitative tightening) mulai 1 Desember 2025. Kebijakan ini dinilai sebagai langkah strategis untuk menjaga likuiditas di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Namun, keputusan ini ternyata tidak bulat. Dua pejabat tinggi The Fed menolak hasil voting tersebut dengan alasan berbeda.

Perbedaan Pandangan di Internal The Fed

Salah satu yang menolak adalah Stephen Miran, gubernur yang ditunjuk langsung oleh Presiden AS Donald Trump. Ia menilai pemangkasan yang dilakukan terlalu kecil dan menginginkan langkah yang lebih agresif, yakni pemangkasan sebesar 0,5 poin persentase.

Sebaliknya, Jeffrey Schmid, Presiden The Fed Kansas City, justru berpandangan sebaliknya. Menurutnya, pemangkasan suku bunga seharusnya tidak dilakukan sama sekali karena dapat memicu risiko inflasi baru.

Perbedaan pandangan ini menunjukkan betapa rumitnya situasi ekonomi AS saat ini. Di satu sisi, tekanan ekonomi global menuntut pelonggaran kebijakan. Namun di sisi lain, ancaman inflasi masih menghantui, membuat The Fed harus berjalan di atas tali yang sangat tipis.

Powell Bikin Pasar Goyang Lewat Komentarnya

Meski pemangkasan suku bunga biasanya disambut positif, pasar justru bereaksi negatif usai pernyataan Jerome Powell disiarkan. Powell menegaskan bahwa tidak ada jaminan pemangkasan lanjutan akan dilakukan pada Desember mendatang.

“Pandangan anggota komite sangat beragam terkait arah kebijakan bulan Desember. Pemangkasan lebih lanjut belum bisa dipastikan sama sekali,” ujar Powell.

Pernyataan tersebut langsung mengguncang pasar keuangan. Data dari CME Group FedWatch menunjukkan bahwa peluang pemangkasan Desember turun dari 90% menjadi 67% hanya dalam hitungan jam.

Saham-saham yang sempat menguat setelah pengumuman pemangkasan langsung berbalik melemah, meskipun akhirnya kembali stabil menjelang penutupan perdagangan.

Mengambil Keputusan di Tengah “Kegelapan Data”

Keputusan The Fed kali ini sebenarnya diambil dalam kondisi yang cukup unik. Pemerintah AS sementara waktu menghentikan pengumpulan dan publikasi data ekonomi resmi, termasuk data ketenagakerjaan, penjualan ritel, dan indikator makro lainnya.

Dengan minimnya data, The Fed disebut-sebut tengah “terbang tanpa radar” dalam menentukan arah kebijakan moneter.

Dalam pernyataan resminya, komite menyebutkan bahwa aktivitas ekonomi masih tumbuh moderat, meski sejumlah indikator menunjukkan perlambatan.

Beberapa poin penting yang disoroti antara lain:

  • Pertumbuhan lapangan kerja melambat, meski pengangguran masih di level rendah.

  • Inflasi meningkat dibanding awal tahun.

  • Risiko pelemahan di pasar tenaga kerja mulai meningkat.

The Fed juga menegaskan kekhawatirannya terhadap pasar tenaga kerja, yang menunjukkan tanda-tanda perlambatan perekrutan bahkan sebelum data ekonomi resmi ditangguhkan.

Pasar Menunggu Langkah Selanjutnya

Kini, semua mata tertuju pada pertemuan The Fed di bulan Desember 2025. Pertemuan ini akan menjadi momen terakhir bagi bank sentral untuk menentukan arah kebijakan di sisa tahun ini.

Namun, dengan kondisi ekonomi yang belum stabil dan data ekonomi yang minim, peluang untuk pemangkasan lanjutan masih sangat tidak pasti.

Para analis menilai, jika inflasi terus menurun dan kondisi tenaga kerja tetap stabil, The Fed mungkin akan melanjutkan pelonggaran kebijakan. Sebaliknya, jika tekanan harga kembali meningkat, langkah itu bisa ditunda hingga awal tahun depan.

Dampak Global dari Keputusan The Fed

Keputusan The Fed tidak hanya berdampak pada ekonomi Amerika, tetapi juga pada pasar global. Negara-negara berkembang, termasuk Indonesia, kerap mengalami arus modal keluar (capital outflow) ketika kebijakan The Fed berubah arah.

Selain itu, nilai tukar dolar AS terhadap mata uang lainnya juga bisa berfluktuasi tajam. Bagi investor emas dan kripto, volatilitas seperti ini sering menjadi momentum untuk mencari safe haven.

Tak heran jika setelah pengumuman tersebut, harga Bitcoin dan emas sempat melemah, mencerminkan ketidakpastian arah kebijakan moneter dunia.

Penutup

Langkah The Fed memangkas suku bunga dua kali beruntun menandai babak baru dalam kebijakan moneter Amerika. Namun, komentar hati-hati dari Jerome Powell memperlihatkan bahwa bank sentral masih belum menemukan kepastian arah ke depan.

Bagi pelaku pasar, hal ini menjadi sinyal untuk tetap waspada dan fleksibel menghadapi perubahan kebijakan berikutnya. Satu hal yang pasti — keputusan The Fed akan terus menjadi faktor penentu utama dalam dinamika ekonomi global dalam beberapa bulan ke depan.

Ikuti Kami di Google News

Related Post